Proposal Skripsi
PROPOSAL SKRIPSI
TINJAUAN TEOLOGIS
TERHADAP PENGAJARAN ROH KUDUS SEBAGAI PRIBADI YANG RELATIF DI DALAM ALLAH TRITUNGGAL,
BERTOLAK DARI AJARAN ERASTUS SABDONO
Diajukan Kepada Sekolah
Tinggi Teologi
Bina Muda Wirawan
Tangerang
Untuk Menyusun
Skripsi

OLEH:
FREDRIK TEMARTENAN
(20150140352)
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI
BINA MUDA WIRAWAN TANGERANG
2019
![]() |
STT BINA MUDA WIRAWAN TANGERANG
Kampus STT Bina Muda Wirawan
Tangerang
Jl. Kelapa Gading Selatan Blok AJ
10/10
Gading Serpong, Tangerang, Banten
|
FORMULIR
PENYUSUNAN SKRIPSI
|
|
Tanggal: 04 Februari 2019
|
Saya
yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Fredrik Temartenan
NIM :
20150140352
Tahun
Angkatan : 2019
Prodi
: Teologi
Mengajukan
permohonan penyusunan skripsi/penelitian dengan judul sebagai berikut:
No
|
Judul
Skripsi/Penelitian
|
Jenis
Skripsi/Penelitian
|
1
|
Tinjauan Teologis Terhadap Pengajaran
Roh Kudus Sebagai Pribadi Yang Relatif Di Dalam Allah Tritunggal, Bertolak
Dari Ajaran Erastus Sabdono
|
Kualitatif
|
2
|
Demikian judul skripsi
“Tinjauan Teologis Terhadap Pengajaran Roh Kudus Sebagai Pribadi Yang Relatif
Di Dalam Allah Tritunggal, Bertolak Dari Ajaran Erastus Sabdono” dengan jenis
skripsi kualitatif yang saya ajukan agar dipertimbangkan untuk dapat disetujui.
Tangerang, 04 Februari
2019
Mengetahui, Pemohon,
Kepala PRODI
Hikman
Sirait, M.Th (Fredrik Temartenan)
NIDN:
23300574001
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Perihal
ketritunggalan Allah adalah sesuatu yang sudah lazim dibicarakan bahkan
diperdebatkan di kalangan para teolog pada abad-abad pertama sampai masa kini.
Sebelum memulai pembahasan ini harus diketahui bersama bahwa bukan hanya
memperbincangkan suatu doktrin teologis, tetapi berbicara mengenai kepribadiaan
Allah. Harus diingat bahwa mustahil untuk mengenal Allah secara utuh kecuali
hanya bisa diterima oleh iman tentang keberadaan Allah. Sebab, Allah adalah Allah yang transenden.
Mengutip perkataan Stephen Tong tentang transenden mengatakan, Dia lain dari
yang lain dan Dia melampaui segala sesuatu[1].
Selain
itu Allah adalah Roh yang tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Itulah sebabnya
Allah tidak terbatas.[2] Dalam suatu kesempatan, G. C. Van Niftrik dan
B. J. Boland mengatakan bahwa:
Apabila
kita mau berbicara tentang soal “Ketritunggalan”, maka haruslah terlebih dahulu
kita insafi, bahwa kita berbicara tentang Allah. Allah itu adalah Allah yang hidup, bukanlah suatu pengertian
atau persoalan yang dapat diselidik dengan akal-budi kita sampai menjadi
“terang”. Bila kita mau memecahkan suatu masalah, maka paham kita harus
melebihi masalah itu, sehingga dapat kita tangkap dan kuasai. Tetapi sebaliknyalah
yang terjadi, bila kita bertemu dengan Allah yang hidup, yakni; kita
“ditangkap” dan “dikuasai”
[3]
Pernyatan
ini menegaskan bahwa Allah tidak bisa dan tidak sanggup untuk diselami dan
dipahami oleh pikiran dan perasaan manusia semata atau secara empiris. Ketidakterbatasan
Allah adalah kesempurnaan Allah yang oleh-Nya Ia bebas dari semua pembatasan-pembatasan.
Untuk mengerti tentang keberadaan Allah didasari pada pokok iman Kristen. Jikalau
sepenuhnya ciptaan mengerti seutuhnya Sang Pencipta, itu berarti Ia bukanlah Allah yang sejati. Karena bisa
diselami oleh pikiran manusia atau rasio. Tetapi Allah Tritunggal adalah Allah
yang melampaui pikiran manusia yang tidak bisa dibatasi oleh ruang dan waktu
karena Allah Tritunggal adalah Allah yang bersifat adikodrati.
Menurut
Robert, Pemahaman kita tentang Allah hanya diberitahukan-Nya kepada kita
tentang diri-Nya.[4]
Namun berbeda dengan pendapat Stephen Tong yang mengatakan bahwa Doktrin Allah
Tritunggal merupakan wahyu Allah yang diberikan kepada manusia secara progresi [5]. Artinya
secara bertahap iman Kristen mengerti dan memahami Allah melalui wahyu-Nya
dalam Kitab suci.
Istilah
Tritunggal belum pernah muncul di Perjanjian Lama dan belum pernah muncul dalam
Perjanjian Baru. Dengan demikian istilah Tritunggal tidak pernah dan tidak
muncul dalam Alkitab. Kata Tritunggal pertama kali di gunakan oleh Tertulianus
pada abad kedua Masehi.[6] Namun
secara dalam Alkitab mengandung doktrin tentang Tritunggal. Allah Tritunggal/Trinitas
adalah doktrin atau paham yang sangat unik dan misterius
dalam Kekristenan.
Sementara
menurut Stephen Tong, ajaran tentang
Tritunggal merupakan suatu konsep yang berbeda dengan agama-agama lain, bukan
suatu konsep yang dapat ditarik sebagai kesimpulan dari rasio manusia yang
diciptakan oleh Allah, namun ini merupakan suatu konsep yang tidak boleh
dihindari oleh manusia karena Allah telah demikian menyatakan diri serta
memperkenalkan diri-Nya kepada manusia.[7] Karena
itu tidak ada seorangpun yang bisa sampai pada pengenalan akan Allah yang
sejati, kecuali melalui wahyu Allah dalam arti bahwa Allah berinisiatif dengan
manusia yang mengkomunikasikan dan memperkenalkan diri-Nya sendiri pada
manusia. Dalam memahami akan hal ini, hanya perlu untuk belajar teologi artinya
bukan untuk mempelajari akan Allah tetapi belajar dan memahi keberadaan manusia
sebagai ciptaan yang diciptakan oleh Allah.
Pemahaman
seperti ini sudah lumrah di kalangan para teolog bahkan orang awam pun
mengertinya. Namun perlu diketahui bersama belakang ini suatu aliran yang menyatakan
tentang Allah Tritunggal, Allah Dwitunggal dan Allah Esa. Ketiga istilah ini
sebagian para teolog tidak sepaham dalam bertelog. Masing-masing saling
mempertahankan pendapatnya padahal yang menjadi sumber dari ketiga istilah itu
berasal dari substansi yang satu-satu-Nya. Perspektif tentang Tritunggal dalam
kalangan Kristen kontemporer masa kini menyatakan Allah dalam tiga pribadi yang
berada di dalam satu natur seperti yang dikatakan oleh Stephen Tong yakni,
Allah Bapa menyediakan keselamatan dan Allah Roh Kudus melaksanakan keselamatan
artinya sebelum Sang Anak menggenapi keselamatan menjadi rupa insan
(inkarnasi), Allah Bapa telah bernubuat dengan mulut-Nya sendiri dan
dilanjutkan oleh para nabi untuk menyuarakan kedatangan Sang Anak.
Doktrin
Allah Tritunggal sesunguhnya adalah doktrin pewahyuan. Memang bahwa pemikiran
manusia dapat mengemukakan posisi untuk keberadaan Allah. Dan benar juga bahwa
pengalaman Kristen tampaknya akan
menuntut perintah seperti itu dari doktrin tentang Allah. Pada saat yang sama
ajaran ini merupakan sebuah doktrin yang tidak akan dapat diketahui atau dipercayaai
jikalau hanya dibangun atas dasar pengalaman keImanan kepada Tuhan. Tetapi
secara rasio dan iman, perihal Ketritunggalan Allah hanya bisa dipahami melalui
wahyu khusus Allah dalam kitab suci. Doktrin Allah Tritunggal paling tepat
dibicarakan secara ringkas dalam kaitan dengan berbagai proposisi yang akhirnya
membentuk satu ringkasan tentang iman Kristen.
Dalam
substansi tentang ketritunggalan tindakan dari ketiga pribadi tersebut ditandai
oleh satu tingkatan yang jelas dan tertentu. Untuk melakukan penelaah tentang
istilah tingkatan itu adalah peneliti menguraikan satu tingkatan tertentu dalam
Tritunggal dalam substansi personal Allah Bapa yang pertama, Allah Putra yang
kedua dan Allah Roh Kudus yang ketiga. Ketiga pribadi di atas memiliki peran
yang berbeda namun satu tujuan membawa manusia yang berdosa untuk mengenal
kehidupan di dalam Kristus dan pada tujuan kekekalan. Bukti bagaimana Allah
bereksistensi sebagai keberadaan yang mencukupi pada diri-Nya telihat jelas di
dalam doktrin Trinitas. Dalam suatu kesempatan Cornelius Van Til dalam bukunya
yang berjudul “An Introduktion to Systematic Theology” menjelaskan bahwa:
Allah
secara numeris dan bukan sekadar spesifik berjumlah satu ketika diperbandingkan
dengan bentuk keberadan lain, sekarang terlihat memiliki di dalam diri-Nya
suatu distingsi di dalam eksistensi yang spesifik dan numeris. Kita berbicara
Allah tentang esensi Allah yang dibedakan dari tiga pribadi pada Allah. Kita
berbicara tentang Allah sebagai satu pribadi; tetapi kita juga berbicara
tentang tiga pribadi di dalam Allah.[8]
Dapat
dikatakan bahwa masing-masing atribut Allah harus diidentikkan dengan
eksistensi Allah, namun hal ini dibenarkan di dalam membuat distingsi antara
atribut-atribut itu, maka dikatakan bahwa masing-masing pribadi pada Trinitas
pada diri-Nya sendiri adalah sempurna di dalam keilahian, walaupun ada suatu
distingsi sejati antara pribadi-pribadi tersebut. Mengenai Roh Kudus, secara singkat, mungkin
boleh dikatakan: Ia adalah Roh yang diutus Allah. Dalam dinamika-Nya, Allah
sendiri hadir dan bekerja sepenuhnya dalam Roh Kudus, untuk menjumpai dan
menyelamatkan manusia. Apa yang diperbuat/dikatakan Roh Kudus pada dasarnya
adalah perbuatan/perkataan Allah sendiri. Kepercayaan dan ketaatan kepada Roh
Kudus, bukanlah wujud kepercayaan/ketaatan kepada allah yang lain, tetapi adalah
kepercayaan/ketaatan kepada Allah yang Esa sendiri.[9]
Beranjak dari pemikiran
tersebut maka banyak orang yang tidak mengakui Ketritunggalan Allah dengan
pendapat bahwa Allah itu esa dan bukan Tritunggal dengan dasar pemikiran bahwa
Alkitab tidak pernah membahasnya baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru
hanya Allah Esa berdasarkan Syema Israel dalam Ulangan 6:4-5. Karena itu
menjadi kebenaran yang penting dalam iman Kristen[10]. Namun,
menarik dengan pernyataan Ezra Alfred Soru
mengatakan, walaupun Istilah Trinitas tidak terdapat dalam
Alkitab, namun konsepnya dengan jelas diajarkan oleh Alkitab. Satu sisi,
Alkitab dengan tegas menyatakan keesaan Allah (Ulangan 6 :4) dan disisi
lain Alkitab dengan tegas menyatakan
keilahian tiga pribadi dari Allah: Bapa, Anak dan Roh Kudus[11].
Selain itu juga Allah Tritunggal
diartikan sebagai Allah yang Esa yang mempunyai tiga peranan, tiga
fungsi atau tiga topeng bukan pribadi.[12]
Senada dengan pendapat Arius
mengatakan, bahwa Allah itu sendirian artinya ia mempertahankan keesaan Allah
dan Anak itu diciptakan oleh Bapa serta Anak yang disebut Firman memiliki natur
yang berubah dan Ia tetap baik dengan menggunakan kehendak bebas-Nya hanya
selama Ia memilih demikian[13]. Dan
dalam gereja timur ketritunggalan tidak diakui dengan dasar bahwa Roh Kudus
hanya keluar dari Bapa.
Kemudian diikuti oleh Erastus Sabdono mengatakan bahwa:
Apakah Roh Kudus adalah Pribadi Ketiga dari Tritunggal, Bisa
dijawab “tidak” bila dikaitkan dengan relasi-Nya yang tidak dapat terpisah dari
Bapa. Jadi, bisa dikatakan bahwa Roh Kudus bukan Pribadi Ketiga dari Tritunggal.
Mengapa? Sebab Roh Kudus mengalir dari Bapa dan tidak pernah ada keterpisahan
atau kemandirian mutlak dengan Bapa (Yoh. 15:26). Sulit untuk mengatakan bahwa
Roh Kudus bisa berdaulat mandiri tanpa ikatan dengan Bapa secara mutlak, sebab
Alkitab tidak menunjukan bahwa Roh Kudus bisa terpisah dari Bapa. Harus
ditegaskan-sebab penting- bahwa Roh Kudus adalah Roh Bapa sendiri dan tidak
akan terpisah selamanya.[14]
Beranjak dari pemikiran
tersebut, maka peneliti tertarik dengan hal ini karena doktrin Tritunggal itu membuat
orang-orang mengganggapnya sebagai paham yang menganut Triteisme yaitu
kepercayaan kepada adanya tiga Allah sebagaimana dituduhkan oleh kaum Muslim, dan
diakui oleh kaum Mormon, dan untuk menghindarkan diri dari tuduhan Triteisme
beberapa aliran yang mengaku percaya kepada Kristus seperti Arianisme,
Monarkhianisme Modalis[15],
Saksi Yehova, Oneness Pentacosal, bentuk (bukan pribadi-pribadi), sebagai Bapa,
Anak, dan Roh Kudus. Pandangan ini percaya Tuhan tidak mungkin tiga tetapi
menyatakan secara terang-terangan menolak Tiga Pribadi dalam ke-Allah-an dan
hanya percaya kepada Allah yang Esa dengan satu pribadi.[16]Selain
itu pandangan gereja Timur yang mengatakan bahwa Roh Kudus bukan Pribadi tetapi
Roh-Nya Allah Bapa.
Faktor yang melatarbelakangi penelitian ini ialah peneliti
membahas tentang Ketritunggalan Allah yang pertama, mengapa Roh Kudus disebut
Suatu Pribadi yang keluar dari Allah?[17]
Kedua bahwa Roh Kudus berfungsi sebagai perwakilan dari Elohim, artinya sebagai
representatifnya Allah Bapa dan Yesus Kristus dan bukan sebagai Pribadi
Tritunggal yang mutlak. Ketiga karena adanya keraguan para ilmuan akan
kebenaran Firman Tuhan mengenai Kepribadi Allah. Keempat, para ilmuan dan orang
orang-orang sekuler ragu bahwa keberadaan Allah dalam tiga pribadi yang tidak
dituliskan secara harafiah dalam Alkitab. Kelima, kurangya pengenalan serta pemahaman
banyak orang akan Allah. Dan keenam, Gereja tidak membahas
akan doktrin Tritunggal tetapi sibuk dengan ajaran-ajaran materi/berkat semata.
Gereja sudah sangat minim untuk mengkhotbahkan
tentang Allah Tritunggal bahkan dalam sekolah-sekolah teologiapun ketiga
berbicara tentang Allah Tritungal tidak ada yang paham karena kurangnya
pengajaran Allah Tritunggal. Sebagai mana dikatakan oleh Stephen Tong dalam
Seminar Allah Tritunggal. Hal yang sama yang dalam paham muslim bahwa Allah
Tritunggal sukar dan sulit dimengerti tiga adalah satu dan bahwa satu adalah
tiga. Sehingga menolaknya dengan alasan bahwa Allah Anak berarti harus
ditambahi ibu[18].
Dalam
memahami Allah Tritunggal memang sukar dan sulit namun tidak menjadi alasan
untuk memahami tentang Allah sebab pemahaman tentang Allah hanya berdasarkan
pewahyuan Allah sendiri yang Allah berikan supaya dimengerti oleh manusia. Sebagaimana
dikatakan oleh Billy Graham dalam
bukunya “Roh Kudus” bahwa:
Problem
utama berkenan dengan doktrin Tritunggal ialah berhubungan dengan pengakuan agama
Kristen sebagai yang monotheistis. Kekristenan menolak politheisme, yaitu
kepercayaaan akan lebih dari satu Allah. Jawabannya ialah bahwa doktrin
Ketigaan pribadi Allah mempertahankan kesatuan Ketuhanan, dan bersamaan dengan
itu, mengakui bahwa ada tiga pribadi dalam Ketuhanan yang masih tetap bersifat
satu inti.[19]
Hal
inilah yang disebut Teologi Teosentris artinya pemahaman dan rasio manusia
hanya berpusat pada Allah. Dengan demikian maka peneliti terdorong untuk
melakukan penelitian terkait dengan persoalan pengajaran Allah Tritunggal dengan
judul penelitian: “TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP
PENGAJARAN ROH KUDUS SEBAGAI PRIBADI YANG RELATIF DI DALAM ALLAH TRITUNGGAL, BERTOLAK DARI
AJARAN ERASTUS SABDONO”
B.
Fokus Masalah
Adapun
yang menjadi fokus masalah dalam penelitian ini sesuai dengan latar belakang
masalah ialah penulis akan fokus terhadap pemikiran Erastus Sabdono mengenai pribadi
Roh Kudus yang relatif di dalam ketritunggalan Allah, dalam arti bisa masuk
Tritunggal atau tidak bisa masuk Tritunggal.
C.
Rumusan
Masalah
Sesuai
dengan latar belakang yang sudah dipaparkan oleh peneliti di atas maka peneliti
membuat rumusan masalahnya agar penelitian ini lebih terarah dan konsisten sebagai
berikut:
1. Apakah
Roh Kudus memiliki
kehendak diluar kehendak Bapa?
2. Apakah Roh Kudus adalah Pribadi Allah yang relatif ?
3. Apakah Pribadi Tritunggal di dalam pemahaman Kristen
tradisional?
D.
Tujuan
Penelitian
Dalam
melakukan penelitian ini yang menjadi tujuan utama penulis adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui dasar pemikiran tritunggal menurut Erastus
Sabdono
2. Untuk mengetahui maksud maksud Roh Kudus adalah pribadi
yang pasif ?
3. Untuk mengetahui apakah Roh Kudus adalah pribadi yang
keluar dari Bapa?
4. Untuk mengetahui Pribadi Tritunggal dalam pemahaman
Kristen tradisional
5. Untuk menambah wawasan
penulis dalam membuat suatu penelitian yang ilmiah.
E.
Manfaat Penelitian
Adapun
manfaat penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1.
Manfaat penelitian
secara umum
a. Secara
teoritis, sebagai studi kritis terhadap pengajaran Tritunggal bahwa Roh Kudus adalah pribadi yang relatif.
b. Secara
praktis, sebagai sumbangsih dalam
pengajaran iman Kristen , serta memberikan wawasan yang baik dan benar tentang
konsep ketritunggalan Allah secara Alkitabiah dan
memproteksi agar tidak terjadi penyesatan.
2.
Manfaat penelitian
secara khusus
a.
Mendorong kesadaran
terhadap gereja Tuhan terutama di zaman akhir ini agar bisa bersikap lebih
tegas dalam menyikapi angin pengajaran yang tidak sepenuhnya berdasarkan
Alkitab.
b.
Menambah wawasan
berpikir bagi peneliti, bahwa betapa pentingnya membangun konsep pemahaman yang
benar tentang Allah Tritunggal dalam iman Kristen.
F.
Keaslian
Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti belum menemukan kesamaan terkait dengan
judul dan topik yang ada. Namun ada dua
karya tulis yang berkaitan dengan judul/topik yang peneliti lakukan. Karya
tulis yang berkaitan dengan penelitian ini, ialah,
“ALLAH
TRITUNGGAL Sebuah Risalah Teologis-Alkitabiah tentang Ke-Esa-an dan
Ke-Tritunggal-an Allah”,
Dylfard Pandey,(Jurnal:
GKSI) Dan “Allah Tritunggal Dalam
Injil Yohanes”, M.W. Wijanto, (Jurnal). Karena itu dalam penelitian ini, peneliti berkesimpulan
bahwa penelitian ini adalah penelitian yang murni tanpa plagiat.
BAB II
HIDUP, PELAYANAN DAN PENGAJARANAN ERASTUS SABDONO
A.
Tentang Erastus Sabdono
dan Pelayanannya
1.
Biografi Erastus Sabdono
2.
Pelayanan Erastus Sabdono
B.
Tema-Tema Pengajaran
Erastus Sabdono
1.
Allah Tritunggal
2.
Kristologi
3.
Roh Kudus
C.
Pengertian Pribadi Yang
Relatif
1.
Pengertian Pribadi
2.
Pengertian Relatif
D.
Teori
1.
Allah
2.
Kristus
3.
Roh Kudus
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Tempat Penelitian
Dalam penelitian
ini, peneliti akan melaksanakan tinjauan pustaka dan mencari beberapa tempat
untuk melakukan penelitian yakni: Perpustakaan STT BMW Tangerang, Perpustakaan
Pelita Dunia, Perpustakaan STT Moriah, Perpustakaan STFT Jakarta, Perpustakaan
Nasional dan tempat lainnya guna mendukung penelitian ini.
B.
Jenis Penelitian
Dalam penelitian
ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Sugiono[20],
metode penelitian kualitatif adalah sering disebut metode penelitian
naturalistic, karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah disebut
juga sebagai metode etnografi, karena metode ini sering digunakan untuk
penelitian Antropologi budaya. Berdasarkan penelitian ini, metode yang
digunakan peneliti adalah metode penelitian kualitatif.
C.
Jenis Pengambilan Data
Untuk mendapatkan
data-data yang kuat maka peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang
luas, sehingga mampu bertanya, mengumpulkan, menganalisa dan mengkonstuksi data
yang didapatkan.
D.
Metodologi yang digunakan
Dalam penelitian ini sifatnya adalah dokmatis
mengenai ketritunggalan Allah menurut iman Kristen. Karena itu untuk
mendapatkan data dalam penelitian kualitatif ini, peneliti akan melakukan
pencarian data Kepustakaan, yaitu mencari buku-buku yang memiliki data-data
yang diperlukan dalam penelitian ini, dengan cara mengunjungi perpustakaan-perputaskaan
terdekat, melalui internet/website dan semua data yang akan dianalisi sehingga
masalah dalam dalam topik ini dapat terjawab.
BAB IV
DAFTAR LITERATUR
Adapun beberapa literatur
yang berkaitan dengan penelitian ini adalah
:
1.
Stephen Tong, Allah Tritunggal (Jakarta: LRII,1996)
2.
Robert Crossley, Tritunggal Yang Esa (Jakarta:YKBK/OMF,
1999)
3. Robert
Letham, Allah Trinitas (Surabaya:
Momentum, 2011)
4. Ezra
Alfred Soru, Tritunggal yang Kudus ( Bandung: Lembaga
Literatur Baptis, 2002)
5. Erastus Sabdono, Tritunggal;
Menyingkap Rahasia Tritunggal Menurut Alkitab
(Jakarta: Rehobot Literature, 2018)
6. Dylfard
Pandey, “ALLAH
TRITUNGGAL Sebuah Risalah Teologis - Alkitabiah tentang Ke-Esa-an dan
Ke-Tritunggal-an Allah”,
(Jurnal: GKSI)
7. M.W.
Wijanto, Jurnal :”Allah Tritunggal Dalam
Injil Yohanes,,,
8. Billy
Graham, Roh Kudus (Bandung:
LLB, 1998)
9.
J. Wesley Brill, Dasar Yang Teguh (Bandung: Yayasan Kalam
Hidup)
10. G.
C. van Niftrik dan B. J. Boland, Dokmatika
Masa Kini (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2015)
11. Harun Hadiwijono, Iman
Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008)
12. J. L. Ch. Abineno, Pokok-Pokok
Penting Iman Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia,.......)
13. .............Aku
Percaya (Jakarta: BPK Gunung Mulia,.......)
14. Benhard Lohse, Pengantar
Sejarah Dokmatika Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,.......)
15. Theol. Dieter Becker, Pedoman
Dokmatika, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,.......)
16. Niko Syukur, Teologi
Sistematika 2 (Yogyakarta: Kanasius,.....)
17. Louis Berkhof, Teologi
Sistematika Vol 1 (Surabaya: Momentum, 2011)
18. Stephen Tong, Roh
Kudus, Doa dan Kebangunan (Surabaya: Momentum,......)
19. Herschel
H. Hobbs, What Baptists Believe
(Ternnesse: Broadman Press, (t. th)
20. Cornelius
Van Til, Pengantar Theologi Sistematik;
Problegomena dan Doktrin Wahyu, Alkitab, dan Allah (Surabaya: Momentum,
2010)
21. Djantana
Jusman, Dasar Kebenaran (Jakarta:
GPSDI JSS)
22. Brian
J. Bailey, Roh Kudus Sang Penghibur (Jakarta: Voice of
Hope, 2015)
23. Paulus Daun, Teologi
Sistematika 2, (Manado: Yayasan Daun Family,....)
24. Soedarmo,
Ikhtisar Dokmatika (Jakarta:
BPK Gunung Mulia)
25. Yunus Datu, Kontroversi
Baptisan Roh Kudus (Bandung: Lembaga Literatur Baptis,....)
26. Sugiono,
Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif
dan R&D (Bandung:
ALFABETA, 2012)
BAB
V
BIAYA
YANG DIPERLUKAN
Dalam melakukan penelitian ini, ada dana yang
dibutuhkan oleh peneliti. Berikut adalah rincian dana yang dibutuhkan antara
lain:
a.
Belanja buku sbagai acuan penelitian: Rp 2.500.000
b.
Transportasi untuk mengunjungi dan mencari data ke
berbagai perpustakaan: Rp 500.000
c.
Pembimbing penelitian: Rp. 800.000
d.
Print, foto copy, kertas dan jilid: Rp 1.500.000
e.
Seminar laporan penelitian: 1.200.000
f.
Biaya tak terduga: 1.000.000
Total biaya: Rp 6.000.000
Demikian anggaran dana yang diperlukan oleh
peneliti dalam mengadakan penelitian ini.
BAB VI
JADWAL PENELITIAN
No
|
Jenis
Kegiatan
|
Tempat/Sumber
|
Target
|
Waktu
|
Keterangan
|
1.
|
Penyusunan
Proposal
|
Perpustakaan
STT BMW Tangerang
|
Mendapatkan
data dan teori-teori mengenai objek penelitian
|
Selama
2 Minggu
|
Peneliti
menggunakan perpustakaan STT BMW Tangerang untuk membuat proposal
|
2.
|
Verifikasi
proposal penelitian
|
STT
BMW Tangerang
|
Merevisi
penyusunan proposal penelitian
|
||
3.
|
Menyusun
jadwal penelitian
|
STT
BMW Tangerang
|
Menyusun-kegiatan-kegiatan
|
||
4.
|
Mencari
informasi data
|
Perpustakaan
STT BMW Tangerang, Perpustakaan STT Pelita Dunia, Perpustakaan STT Moriah,
Perpustakaan STFT Jakarta dan perpustakaan Nasional
|
Mencari
Informasi-informasi yang berhubungan dengan objek penelitian.
|
||
5.
|
Pengumpulan
Data
|
a.
Perpustakaan
STT BMW Tangerang dan perpustakaan yan lainnya.
b.
Bukunya:
-
Dokmatika
-
Teologi
-
Metodologi
c.
Internet dan
artikel-artikel
|
Mendapatkan
data-data tentang sejarah lahirnya Tritunggal dan ajaran dalam Alkitab
Mencari
pandangan-pandangan para ahli tentang Tritunggal
|
||
6
|
Penulisan
|
STT
BMW Tangerang
|
Menyelesaikan
penyusunan data-data yang diperoleh berdasarkan langkah-langkah metode
ilmiah, mulai dari BAB 1-BAB V
|
14
Februari-14 Juni
|
Menulis
laporan penelitian dengan didampingi pembimbing penelitian
|
7.
|
Pembuatan
|
STT
BMW Tangerang
|
Menyempurnakan
penulisan laporan penelitian
|
Menyerahkan
laporan penelitian kepada STT BMW Tangerang untuk diuji
|
|
8.
|
Ujian/seminar
laporan penelitian
|
STT
BMW Tangerang
|
-
|
-
|
Demikian
gambaran penelitian yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini.
[3] G. C. van Niftrik dan
B. J. Boland, Dokmatika Masa Kini (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2015), 547-548.
[5] Stephen
Tong, Allah Tritunggal, 35.
[8] Cornelius Van Til, Pengantar Theologi Sistematik; Problegomena
dan Doktrin Wahyu, Alkitab, dan Allah (Surabaya: Momentum,
2010), 399.
[11]
Ezra Alfred Soru, Tritunggal yang Kudus
(Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 2002), 2.
[14] Erastus
Sabdono, Tritunggal; Menyingkap Rahasia Tritunggal
Menurut Alkitab (Jakarta: Rehobot
Literature, 2018), 169-170.
[15] Kaum Monarkhianisme
Modalistis berpandangan bahwa Allah itu Pribadi yang tunggal. Sedangkan Kristus
dan Roh Kudus hanya sebagai mode-mode atau cara bagaimana wujud Allah yang
tunggal itu. Bernhard Lohse, Pengantar
Sejarah Dokmatika Kristen, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2008), 52
[16] Dylfard Pandey, “ALLAH
TRITUNGGAL Sebuah Risalah Teologis - Alkitabiah tentang Ke-Esa-an dan
Ke-Tritunggal-an Allah”, (Jurnal: GKSI ), 2-3.
Komentar