Eksegese Yesaya 13-14
ALLAH DAN BANGSA-BANGSA
Pada pasal ini menyatakan berita hukuman Babel, yang
akan dilaksanakan melalui bangsa Madai. Situasi itu membawa kita kepada
pertengahan abad ke-6 SM. Ada yang berpendapat bahwa hal itu terjadi segera
setelah wafatnya raja Nebukadnezar pada tahun 562 SM. Pada waktu itu dikatakan
bahwa kekuatan Babel sudah mulai goyah, sedangkan raja Cyrus dari Madai belum
naik takhta (550 SM.).[1]
Mengapa narasi memulai bagian ini dengan
suatu ucapan terhadap Babel? Dan mengapa ada dua nubuat mengenai Babel
(Lih 21:1 dst)? Untuk memperhatikan ayat-ayat pertama, adalah jelas bahwa
maksudnya yang sebenarnya bukanlah kota atau bangsa tertentu, melainkan nama
Babel dipakai sebagai istilah bagi semua kerajaan yang melawan Allah Yang
Mahatinggi. Mulai dari kerajaan didirikan oleh Nimrod (Kej 10:8-10; 11:1-9)
sampai pada kerajaan yang akan didirikan oleh penguasa dunia terakhir, yakni
anti-Kristus yang akan muncul diakhir zaman (Wah 13; 17-19).[2]
Dan tujuan hukuman atau ucapan-ucapan ilahi ini adalah untuk mendemonstrasikan
kepada umat Allah bahwa Tuhan berdaulat atas apa yang terjadi pada semua
bangsa, dan walapun mendapat tantangan, maksud-maksud-Nya bagi Israel dan dunia
pada akhirnya akan diwujudkan. Maka konsekuensinya ialah umat Allah tidak takut
atau mengandalkan bangsa-bangsa di sekitarnya.[3]
Ayat 1
Ucapan ilahi terhadap
Babel yang dinyatakan kepada Yesaya bin Amos.
Mengenai nama Yesaya bin Amos sudah diuraikan pada
pasal 1:1 dan 2:1 dibagian 1 depan. Kata ucapan ilahi dalam bahasa Ibrani
berasal dari kata kerja yang berarti “mengangkat”. Dalam hubungan akan berita
hukuman ini, berarti nabi Yesaya “mengangkat suaranya” untuk memberitakan
Firman Allah yang diucapkannya dengan hikmat dan dengan suara keras, seperti
dalam sebuah pengumuman atau proklamasi. Ucapan ilahi seperti ini seringkali
berisi berita hukuman yang diberitakan secara incidental. Dengan menggunakan istilah
tersebut, narasi (Yesaya) menegaskan
bahwa apa yang diberitakan itu benar-benar berasal dari Tuhan sendiri.
Tuhan
menyiapkan tentara bangsa-bangsa.
Ayat 2-5
Naikkanlah panji-panji
di atas gunung yang gundul, berserulah terhadap mereka dengan suara nyaring;
lambaikanlah tangan supaya mereka masuk ke pintu-pintu gerbang para bangsawan!
Aku ini telah memerintahkan orang-orang yang Kukuduskan, telah memanggil
orang-orang perkasa-Ku untuk melaksanakan hukuman murka-Ku, orang-orang-Ku yang
beria-ria dan bangga. Ada suara keramaian di atas gunung-gunung, seperti suara
kumpulan orang yang besar jumlahnya! Suara kegaduhan dari kerajaan-kerajaan,
dari bangsa-bangsa yang berkumpul! TUHAN semesta alam sedang memeriksa pasukan
perang. Mereka datang dari negeri yang jauh, ya dari ujung langit, yaitu TUHAN
serta yang melaksanakan amarah-Nya untuk merusakkan seluruh bumi.
Dari
ayat ini, jelaslah bahwa Tuhan sendiri yang telah memberi perintah itu. narasi
mengatakan bahwa mereka diserukan untuk berkumpul di gunung yang gundul, agar
mudah dilihat dari tempat yang jauh. Bangsa-bangsa dengan panji-panji perang
datang dari tempat yang jauh (bnd. Yes 5:26). Mereka dikumpulkan dengan suara
yang nyaring dan lambaian-lambaian tangan, supaya siap maju berperang dan
melaksanakan hukuman Tuhan. Tujuannya ialah pintu-pintu gerbang kota dan bangsawan-bangsawan yang menguasai
kota-kota itu. Yang dimaksudkan disini pertama-tama kota Babel dan para
bangsawan yang berdiam dalam puri-puri dengan pintu-pintu gerbang yang
diperkuat. Demikian ibu kota-ibu kota
lainnya dengan para bangsawan mereka. Mereka telah ditentukan sebagai
“orang-orang yang dikuduskan” dari kata mequdasyay
memiliki akar kata yang sama dengan qadosy. “Yang dikuduskan” telah menjadi
milik Tuhan sepenuhnya dan layak bertemu dengan Tuhan. Dapat kita lihat dari
narasi Yehezkiel bahwa hanya para imam yang setia kepada Yahwe-lah yang pernah
disebut “orang-orang yang dikuduskan” (Yeh 48:11). Karena itu tidaklah benar
jika istilah ‘orang-orang yang Kukuduskan’ (ay 3) di sini tidak berarti kudus
dalam moral, sebagaimana dijelaskan dalam ay 16. Pada pernyataan ini tidak
memprehatiakan arti kata “kudus” pada umumnya (hanya Allah kudus dan
orang-orang yang dikuduskan, yang diijinkan untuk hidup di hadirat Tuhan. Narasi
dari Henokh juga menubautkan bahwa pada akhir zaman Yahweh akan datang bersama
dengan beribu-ribu orang kudusNya, dengan maksud untuk menghakimi semua orang
dan menjatuhkan hukaman terhadap orang jahat (Yud 14-15). Menarik perhatian
juga bahwa “orang-orang yang dikuduskan”
menurut Rasul Yohanes, ialah tidak mempersoalkan keturunan Abraham,
bangsa Israel, atau non-Israel (Yoh 8:48-59). Semua orang yang menyambut firman
dan perintah Tuhan untuk berperang melawan “Babel” (dalam arti simbolis untuk
kuasa dunia yang fasik dan menyembah berhala dalam segala macam bentuknya),
disebut orang-orang yang dikuduskan menjadi “lascar Kristus” yang terdiri dari
segala bangsa. Secara tidak langsung di sini kita melihat adanya petunjuk untuk
memicu “gerakan oikumenis” yang meluas diseluruh dunia.[4]
Pada ay 4-5, melukiskan secara hidup keadaan di gunung-gunung dimana tentara
bangsa-bangsa itu berhimpun, dan Tuhan sendiri yang menjadi Panglimanya. Jika
pasukan-pasukan itu dihubungkan dengan orang-orang Madai, maka lokasi
gunung-gunung agaknya ada di tanah Madai dibagian Timur Laut Babel. Jumlah
mereka adalah besar, terdiri dari macam-macam bangsa dari wilayah-wilayah yang
dijajah oleh kerajaan Babel dan sekarang mereka bersatu dan bergabung dengan
orang-orang Madai di bawah pimpinan Raja Moresy (Cyrus), untuk melawan Babel
yang makin melemah. Dikatakan bahwa mereka datang dari jauh, dari ujung langit.
Jadi yang dimaksudkan dengan ucapan itu ialah negeri Persia. Oleh karena itu
orang-orang Persia bergabung dengan orang-orang Madai dan membentuk suatu
kerajaan, yaitu kerajaan Madai-Persia yang dibawah pimpinan raja Koresy. Hal
inilah yang dipakai Tuhan untuk menaklukan kerajaan Babel yang saat itu
menguasai seluruh wilayah Asia Barat Daya, dan bukan hanya itu saja namun
simbolnya adalah Tuhan menghukum atau menaklukan seluruh bumi.[5]
Ayat 6-16
Merataplah, sebab hari
TUHAN sudah dekat, datangnya sebagai pemusnahan dari Yang Mahakuasa. Sebab itu
semua tangan akan menjadi lemah lesu, setiap hati manusia akan menjadi tawar,
dan mereka akan terkejut. Sakit mulas dan sakit beranak akan menyerang mereka,
mereka akan menggeliat kesakitan seperti perempuan yang melahirkan. Mereka akan
berpandang-pandangan dengan tercengang-cengang, muka mereka seperti orang yang
demam. Sungguh, hari TUHAN datang dengan kebengisan, dengan gemas dan dengan
murka yang menyala-nyala, untuk membuat bumi menjadi sunyi sepi dan untuk
memunahkan dari padanya orang-orang yang berdosa. Sebab bintang-bintang dan
gugusan-gugusannya di langit tidak akan memancarkan cahayanya; matahari akan
menjadi gelap pada waktu terbit, dan bulan tidak akan memancarkan sinarnya.
Kepada dunia akan Kubalaskan kejahatannya, dan kepada orang-orang fasik
kesalahan mereka; kesombongan orang-orang pemberani akan Kuhentikan, dan
kecongkakan orang-orang yang gagah akan Kupatahkan. Aku akan membuat orang
lebih jarang dari pada emas tua, dan manusia lebih jarang dari pada emas Ofir.
Sebab itu Aku akan membuat langit gemetar, dan bumipun akan bergoncang dari
tempatnya, pada waktu amarah TUHAN semesta alam, dan pada hari murka-Nya yang
menyala-nyala. Seperti kijang yang dikejar-kejar dan seperti domba yang tidak
digembalakan, demikianlah mereka akan berpaling, masing-masing kepada
bangsanya, dan melarikan diri, masing-masing ke negerinya. Setiap orang yang
didapati akan ditikam, dan setiap orang yang tertangkap akan rebah mati oleh
pedang. Bayi-bayi mereka akan diremukkan di depan mata mereka, rumah-rumah
mereka akan dirampoki, dan isteri-isteri mereka akan ditiduri.
Penghukuman
Tuhan pada hari itu adalah menyeluruh dan meliputi seluruh alam dan kehidupan
manusia di bumi hari itu menyatakan murka Tuhan semesta alam yang
bernyala-nyala. “Hari Tuhan” mempunyai arti yang khusus sebagai suatu hari
tertentu dimana Tuhan akan menyatakan murka-Nya dan penghukuman-Nya secara
universal. Dan dalam arti terbatas ialah hukuman dan murka Tuhan terhadap
bangsa-bangsa, khususnya Babel. Namun dalam arti multak, hari tersebut barulah
akan dinyatakan pada masa akhir segala zaman, dimana Tuhan akan mengakhiri
segala kuasa duniawi di seluruh muka bumi untuk dibaharui secara radikal (Why
21). Kesombongan manusia lenyap sama sekali, berubah menjadi tawar hati, tidak
berdaya, lemas dan penuh ketakutan. Manusia hanya bisa terkejut karena mereka
telah meremehkan segala peringatan yang telah disampaikan oleh para nabi Tuhan.
Manusia menjadi panic dan gelisah, yang digambarkan sebagai seorang wanita yang
menderita pada waktu akan melahirkan. Mereka hanya bisa saling memandang dalam
ketakutan dengan muka yang “merah bernyala” dalam suasana panic dan rasa cemas,
sehingga muka mereka seperti orang yang “naik darah” (ay 8).
Murka
Tuhan akan dicurahkan kepada dunia dengan penghuninya, bahkan kepada seluruh
alam semesta. Semuanya itu merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan
erat. Semua kehidupan berhenti, bumi menjadi rusak dan sunyi senyap, bahkan semuanya
menjadi gelap gulita, karena benda-benda terang di langit pun tidak berfungsi.
Pada saat itu timbul kegelapan total yang sangat mencekam (lih Am 5:8).
Hutan-hutan menjadi layu, terjadi gempa bumi dan tanpa terang kehidupan semacam
itu sehingga bumi kembali menjadi kacau balau (khaos)[6]
seperti awal kejadian (Kej 1:2). Dan yang menjadi sebab yang terdalam dari
semua malapetaka ini adalah dosa-dosa manusia berupa: kejahatan, kefasikan,
penyembahn berhala, kesombongan dan penyalahgunaan kuasanya secara sewenang-wenang
(ay 11). Pada ay 12 dinyatakan bahwa hanya orang yang berseru kepada Tuhan akan
terlepas dan diselamatkan (Yl 2:32). Nabi Yesaya menyatakan adanya “sisa” yang diselamatkan (Yes 10:20-22),
mereka dikatakan “lebih jarang” [7]daripada
emas ofir dan emas murni (1 Raj 9:26-28). Dalam ay 13, menyambung lagi gambaran
yang diberikan dalam ay 10. Gambaran di sini lebih dihubungkan dengan gejala
gempa bumi yang besar dengan disertai kilat diatas awan yang gelap (bnd Mat
24:29; Why 6:9-17). Pada ayat 14-16 menjadikan satu pertanyaan bahwa ke manakah
manusia harus lari? Ayt-ayt ini memberi suatu gambaran yang mengerikan dan
biadap tentang perusakan sebuah kota yang dikalahkan dalam peperangan.
Kebengisan ini merupakan pernyataan murka Tuhan pada hari itu terhadap dunia
yang fasik dan berdosa (lih ay 13). Untuk menyebutkan apa yang terjadi jika
sebuah kota dirusak dalam peperangan zaman kuno itu. terjadilah segala macam
kejahatan dan pelecehan seksual, dan sebagainya dalam keadaan anarkis. Penduduk
hanya bisa melarikan diri dan tersebar seperti kijang-kijang yang dikejar atau
domba-domba yang tersebar tanpa gembala. Hal ini dilakukan oleh bangsa-bangsa
yang berlatar belakang kekafiran (ay 1-6) mereka membunuh orang yang lemah, dan
menangkap wanita-wanita dengan anak-anak bayi mereka lalu memperkosa
wanita-wanita tersebut (ay 15-16). Pada hari itu tidak ada orang yang luput
dari murka Tuhan karena hukuman itu bukan hanya kepada Babel tetapi hukuman itu
terjadi secara universal (bnd 18:3). Jadi perlu diketahui lagi bahwa walapun
bangsa-bangsa dipakai sebagai “gada”
dan “tongkat”[8]
dalam tangan Tuhan, mereka sebagai manusia-manusia pelaksanan tetap bertanggung
jawab atas tindakan-tindakan mereka dan pada gilirannya mereka pun akan terkena
penghukuman Tuhan.
Ayat 17-22
Lihat, Aku menggerakkan
orang Madai melawan mereka, orang-orang yang tidak menghiraukan perak dan tidak
suka kepada emas. Panah-panah mereka akan menembus orang-orang muda; mereka
tidak akan sayang kepada buah kandungan, dan mereka tidak menaruh kasihan
kepada anak-anak. Dan Babel, yang permai di antara kerajaan-kerajaan, perhiasan
orang Kasdim yang megah, akan sama seperti Sodom dan Gomora pada waktu Allah
menunggangbalikkannya: tidak ada penduduk untuk seterusnya, dan tidak ada
penghuni turun-temurun; orang Arab tidak akan berkemah di sana, dan
gembala-gembala tidak akan membiarkan hewannya berbaring di sana; tetapi yang
akan berbaring di sana ialah binatang gurun, dan rumah-rumah mereka akan penuh
dengan burung hantu; burung-burung unta akan diam di sana, dan jin-jin akan
melompat-lompat; anjing-anjing hutan akan menyalak di dalam puri-purinya, dan
serigala-serigala di dalam istana-istana kesenangan. Waktunya akan datang
segera, dan usianya tidak akan diperpanjang.
Ayat-ayat
ini melengkapi dan menjelaskan apa yang telah diberitakan dalam ayat 2-16.
Sangatlah jelas bahwa yang dimaksudkan dengan kota yang dihancurkan ialah kota
Babel. Pada pertengahan abad ke-6 SM., kerajaan Madai-Persia mulai
mengembangkan sayapnya. Setelah aja Babel Nebukadnezar wafat pada tahun 561
SM., kerajaan Babel mulai merosot. Sebaliknya kerajaan Madai-Persia, dibawah
pimpinan raja Koresy, makin jaya (setelah 550 SM.) dan kerajaan Babel dapat
direbut pada tahun 539 SM. Tentara Madai kejam dan berani dalam peperangan.
Merekalah yang dimaksudkan dalam 2:15-16. Mereka datang menyerang Babel yang
tedorong oleh rasadendam. Mereka tidak disuap dengan perak atau emas yang
banyak terdapat di Babel (Zef 1:18). Kekejaman mereka tidak mengenal peri
kemanusiaan dalam melawan Babel yang mkain lemah, tidak hanya membunuh orang
dewasa, melainkan juga anak-anak muda dan bayi-bayi, bahkan mungkin juga
kandungan yang belum lahir (bnd. Am 1:13; Hos 14:1). Kebengisan mereka yang
bernyala-nyala, tidak mengenal kompromi dan belas kasihan. Kerajaan Babel konon
merupakan kerajaan yang megah, sombong dan tidak terkalahkan. Wilayah
kerajaannya luas sekali dari sungai Efrat sampai Laut Tengah. Kemegahan mereka
didasarkan atas kekayaan harta benda dan kepercayaan mereka kepada dewa marduk, yang dipuja sebagai penata
dunia dan oleh karenanya dipuja dan diberi ibadah secara universal. Kota
Babilon, ibukota Babel, penuh dengan bangunan gedung yang megah dan mewah,
tempat-tempat ibadah, puri dan vila yang penuh dengan harta benda dari emas dan
perak, tempok pertahanan yang kokoh. Kerajaan yang sombong akan hancur menjadi
tumpukan puing yang ditinggalkan oleh para penghuninya, sepi, terlantar dan
mati, hanya ada belukar dan para gembala menghindari tempat itu untuk
mengembalakan domba-domba mereka Karen tidak aman. Kota itu tidak akan dibangun
lagi dan disampaikan seperti Sodom dan Gomora oleh murka Tuhan terhadap dosa
manusia yang memuncak, merupakan contoh klasik dalam Alkitab dan sering dikutip
oleh nabi-nabi dalam PL (Hos 14:2; 2 Raj 8:12). Kedua kota tersebut hancur
total dan tidak dibangun lagi.[9]
Pada ayat 21-21 memberi gambaran terakhir mengenai keruntuhan Babel pada
waktu-waktu selanjudnya. Keruntuhan itu tidak diakibatkan oleh satu peristiwa
saja, contohnya kejatuhannya pada tahun 539 SM., akan tetapi disebabkan oleh
rentetan peristiwa berikutnya. Pada Zaman Raja Darius (518 SM). Babel berusaha
untuk memberontak terhadap Persia pada zaman raja Alexander Agung 330 SM. Babel
tidak berhasil bangkit kembali lagi, dan akhirnya dibiarkan saja sebagai
tumpukan puingdan belukar yang hanya dihuni oleh binatang-binatang buas.
Jadi,
jikalau Babel dipandang sebagai simbol kekuatan yang anti Tuhan, maka
kehancuranya untuk selama-lamanya, memberi suatu perspektif yang eskatologis
akhir segala zaman, sehingga diingat terus dan disebut lagi dalam Wahyu 18:2
dst. Sejarah dunia melaju menuju ke titik eskatologis dan tidak akan
diperpanjang lagi. Tuhanlah menguasai sejarah dunia dan bangsa-bangsa. Inilah
suatu peringatan yang kuat dan mendesak bagi para penghuni kota Babel pada
waktu nubuatan Yesayanis ini diucapkan. Juga bagi dunia dan segala kemegahannya
yang sia-sia. Akan tetapi pada akhirnya mereka akan bertobat kepada Tuhan.[10]
PASAL
14
EJEKAN
TERHADAP BABEL DAN UCAPAN ILAHI TERHADAP ASYUR
Setelah
memberitakan kehancuran Babel, yang disamakan dengan kehancuran Sodom dan
Gomora (lih 13:19), maka pasal 14 ini berisi tentang nyanyian ejekan terhadap
Raja Babel ay 4-21. Ayat 1-4a merupakan pendahuluan yang menyatakan bahwa
keruntuhan Babel merupakan titik balik dalam sejarah bangsa Israel yang membawa
Israel ke masa depan yang gemilang, yaitu penyatuan dan pembaruan.
Ayat
1-4a
Sebab TUHAN akan
menyayangi Yakub dan akan memilih Israel sekali lagi dan akan membiarkan mereka
tinggal di tanah mereka, maka orang asing akan menggabungkan diri kepada mereka
dan akan berpadu dengan kaum keturunan Yakub. Bangsa-bangsa lain akan mengantar
Israel pulang ke tempatnya, lalu kaum Israel akan memiliki bangsa-bangsa itu di
tanah TUHAN sebagai hamba-hamba lelaki dan hamba-hamba perempuan. Demikianlah
mereka akan menawan orang-orang yang menawan mereka dan akan berkuasa atas para
penindas mereka. Maka pada hari TUHAN mengakhiri kesakitan dan kegelisahanmu
dan kerja paksa yang berat yang dipaksakan kepadamu, maka engkau akan
memperdengarkan ejekan ini tentang raja Babel, dan berkata: "Wah, sudah
berakhir si penindas sudah berakhir orang lalim!
Kasih
setia Tuhan sudah diberikan kepada nenek moyang dalam perjanjian-Nya dengan
Abraham, Ishak dan Yakub dan seluruh keturunan mereka. Kasih-setia-Nya dialami
oleh umat Israel pada waktu keluar dari Mesir tempat perbudakan, dengan cara
yang ajaib dan luar biasa. Perlu diketahui bahwa Allah Israel adalah Allah
Perjanjian sedangkan umat Israel adalah Umat Perjanjian. Dalam keadaan yang
kurang baik bangsa Israel tetap beroleh kasih setia Tuhan baik yang ada dalam
pembuangan maupun bagi mereka yang berdiaspora. Namun ada sesuatu yang menarik
bagi meraka menurut narasi, yaitu :
1. Mereka
sebagai umat yang dikasihi dan sebagai umat Perjanjian walapun mereka
berdiaspora namun mereka akan disatukan kembali dan dibaharui sebagai umat
Israel yang baru yang akan mengalami keluaran yang baru dan berkat-berkat yang
baru (Yes 41:18-19; 40:2).
2. Mereka
akan menempati tanah mereka sendiri yang pernah dijarah dan dirusak oleh para
tentara Asyur dan Babel, dan menerima penggenapan yang baru atas
janji-janji-Nya (Yes 10:20-22; Yeh 37:14).
3. Meraka
sebagai umat perjanjian baru dan sesuai dengan janji TUHAN kepada Abraham bahwa
akan menjadi barkat bagi bangsa-bangsa lain (Kej 12:2; Yes 11:10-12).
Penderitaan yang dialami oleh Israel dihubungkan
dengan Pembuangan di Babel. Kejatuhan Babel merupakan jalan kelepasan bagi
mereka. Setelah penghukuman yang dahsyat pada hari Tuhan itu dilaksanakan (lih
13:6, 9), maka akan ada damai sejaterah (25:8).
Ayat 4b-8
Maka engkau akan
memperdengarkan ejekan ini tentang raja Babel, dan berkata: "Wah, sudah
berakhir si penindas sudah berakhir orang lalim! TUHAN telah mematahkan tongkat
orang-orang fasik, gada orang-orang yang memerintah, yang memukul bangsa-bangsa
dengan gemas, dengan pukulan yang tidak putus-putusnya; yang menginjak-injak
bangsa-bangsa dalam murka dengan tiada henti-hentinya. Segenap bumi sudah aman
dan tenteram; orang bergembira dengan sorak-sorai. Juga pohon-pohon sanobar dan
pohon-pohon aras di Libanon bersukacita karena kejatuhanmu, katanya: ‘Dari
sejak engkau rebah terbaring, tidak ada lagi orang yang naik untuk menebang
kami!’
Pada bagian ini narasi mengatakan bahwa yang
diratapi di sini ialah orang yang biasa menindas dan yang lalim (bengis). Yang
dimaksudkan sebagai orang yang jahat dan bengis
yang hubungannya dengan ini menurut para teolog ialah kematian raja
Babel.[11]
Oleh karena kematian raja Babel itu, maka bangsa-bangsa di dunia merasa lega
dan bersukacita sebab pada masa hidupnya ia menindas, menjajah dan memukul
mereka terus dengan gada dan tongkat (lih 9:3; 10:5; 14:29). Tetapi pada
akhirnya kuasanya dapat dipatahkan untuk selama-lamanya. Akan tetapi bukan
hanya bangsa-bangsa, hutan di Libanon pun merasa tersiksa, oleh karena
berabad-abad lamanya telah diekspor oleh bangsa Asyur, Mesir, dan lain-lain.
Pohon-pohon sanobar dan pohon-pohon aras yang baik sekali untuk bahan bangunan
dan alat-alat rumah tangga, ditebang secara sewenang-wenang sehingga hutan
kehilangan kemuliannya (2:13; 10:34). Jadi Babel disimboliskan sebagai semua orang yang melawan Allah dan pada akhir
zaman ia akan dihancukan dan semua kejahatan akan dilenyapkan dari dunia ini
selamanya.
Ayat 9-11
Dunia orang mati
yang di bawah gemetar untuk menyongsong kedatanganmu, dijagakannya arwah-arwah
bagimu, yaitu semua bekas pemimpin di bumi; semua bekas raja bangsa-bangsa
dibangunkannya dari takhta mereka. Sekaliannya mereka mulai berbicara dan
berkata kepadamu: ‘Engkau juga telah menjadi lemah seperti kami, sudah menjadi
sama seperti kami!’Ke dunia orang mati sudah diturunkan kemegahanmu dan bunyi
gambus-gambusmu; ulat-ulat dibentangkan sebagai lapik tidurmu, dan
cacing-cacing sebagai selimutmu."
Narasi
mengatakan bahwa ini merupakan nyanyian ejekan yang dilanjudkan dengan
melukiskan raeksi di alam maut (sheol). Alam maut yang biasnya sunyi senyap dan
tidak ada kehidupan, hal ini pun dapat menambah suara ejekn terhadap raja yang
telah mati dan turun kedalam kerajaan maut. Alam maut (sheol) menurut pandangan
orang Israel kuno terletak ditempat yang terdalam di bawah bumi, tetapi
penyimpanan arwah-arwah yang menantikan pengadilan terakhir. Di tempat itu tidak
ada gerak, sunyi-senyap dan dikelilingi oleh para refa’im, yaitu baying-bayang
roh yang telah mati. Sesuai dengan maksud ini, maka arwah raja-raja dikumpulkan
disatu tempat, duduk seperti patung takhta masing-masing, tanpa kehidupan atau
gerak. Arwah raja yang demikian dikelilingi oleh para refa’im hamba-hambanya
seperti waktu merka masih hidup di dunia (lih Yeh 32:23). Arwah bekas para raja
itu yang dahulu hidup di dunia dan mengenal raja yang kejam itu yang pernah
menindas mereka di dunia, yaitu raja Babel. Pada ayat 10-11, sambutan yang
diberikan itu ternyata bukan sambutan hormat, melainkan pernyataan-pernyataan
ironis terhadap raja yang bengis itu. narasi menyatakan bahwa raja bengis ini
dahulu memerintah atas bangsa-bangsa sangat sombong dan menganggap dirinya
mahakuasa, kini waktu ia menjadi lemah dan tidak berdaya lagi. Ini adalah hal
yang heran, tetapi ada rasa syukur atas kematiannya itu.
Ayat
12-15
"Wah, engkau sudah
jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan
jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa! Engkau yang tadinya
bintang-bintang Allah, dan aku hendak duduk di atas bukit pertemuan, jauh di
sebelah utara. Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai
Yang Mahatinggi! Sebaliknya, ke dalam dunia orang mati engkau diturunkan, ke
tempat yang paling dalam di liang kubur.
Narasi
menjelaskan bahwa raja yang kejam itu disamakan dengan “Bintang Timur putera
Fajar”. Ia mempunyai ambisi terlalu besar, menjadi sombong dan berusaha untuk
membumbung naik ke atas, mengatasi semua bintang. Kemudian mendirikan taktahnya
di atas bukit perhimpunan dewa-dewa yang letaknya jauh di sebelah utara.
Maksudnya ialah untuk menumbang Allah yang Mahatinggi dari takhtahnya, agar
dengan demikian dia dapat menguasai seluruh jagat raya. Dapat dilihat saat
menjelang fajar, Bintang Timur itu tampak megah, nyala besar dan gemilang.
Namun pada waktu fajar mulai menyingsing dan sinar matahari menerangi bumi,
maka Bintang Timur mulai pudar dan hilang sama sekali. Menurut mitologi kuno,
yang terjadi ialah: ketika Bintang Timur yang megahnya naik ke atas, maka dewa
matahari mengejar dan mencampakkannya. Bintang itu lalu jatuh kembali ke bumi,
bahkan ke pojok yang paling dalam di bawah bumi, yaitu Sheol. Dan juga mitologi
Babilonia bahwa jauh di sebelah utara ada sebuah bukit yang menjadi takhta
Allah yang mahatinggi, oleh karena itu disebut juga “bukit pertemuaan” di mana
para dewa berkumpul untuk menghadap kepada Allah.[12]
Pada bagian ini bapak-bapak gereja mengatakan bahwa di sinilah jatuhnya iblis
dan pengikutnya di ceritakan oleh narasi.[13]
Jika kita melihat apa yang dikatakan mengenai Babel dan juga memperhatikan
konteksnya yang bersifat universal, ketika diinterpretasikan maka hal ini sudah
sangat masuk akal. Menurut tafsiran Alkitab Penuntun bahwa yang dimaksudkan
dengan “Bintang Timur putera Fajar” ialah raja Babel yang bengis dan kejam itu
dan juga iblis atau setan yang dikalahkan pada akhir zaman.[14]
Ayat
16-20
Orang-orang yang
melihat engkau akan memperhatikan dan mengamat-amati engkau, katanya: Inikah
dia yang telah membuat bumi gemetar, dan yang telah membuat kerajaan-kerajaan
bergoncang, yang telah membuat dunia seperti padang
gurun, dan menghancurkan kota-kotanya, yang tidak melepaskan orang-orangnya
yang terkurung pulang ke rumah Semua
bekas raja bangsa-bangsa berbaring dalam kemuliaan, masing-masing dalam rumah
kuburnya. Tetapi engkau ini telah terlempar, jauh dari kuburmu, seperti taruk
yang jijik, ditutupi dengan mayat orang-orang yang tertikam oleh pedang dan
jatuh tercampak ke batu-batu liang kubur seperti bangkai yang terinjak-injak. Engkau
tidak akan bersama-sama dengan raja-raja itu di dalam kubur, sebab engkau telah
merusak negerimu dan membunuh rakyatmu. Anak cucu orang yang berbuat jahat
tidak akan disebut-sebut untuk selama-lamanya.
[1] S.H. Widyapranawa, KITAB YESAYA, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, cet. Ke-2), hal 76.
[2] Achim Teschner, Rangkaian Visi Mutiara KITAB YESAYA,
(Jakarta: YKBK, cet. Pertama, 2002), hal 67.
[3] Roy. B. Zuck, Teologi Alkitabiah Perjanjian Lama,
(Malang: Gandum Mas, cet. Pertama, 2005), hal 569.
[4] S.H. Widyapranawa, KITAB YESAYA, 77.
[5] Achim Teschner, Ringkasan Visi Mutiara KITAB YESAYA, 69.
[6] Khaos, tak terbentuk.
Keadaan khaos pada awal kejadian alam semesta rupanya didukung dari hasil
simulasi salah satu computer tercanggih di Eropa yang dilakukan sebuah
konsorsium astronom internasional Virgo. Berhasil ditemukan riak-riak kosmik
dalam keadaan kacau balau pada awal penciptaan jagat raya, yang memperlibatkan
bahwa khaos mengawali pembentukannya sebelum menjadi teratur seperti sekarang.
Temuan ini memperkuat interpretasi bahwa ketika diciptakan, alam semesta masih berupa
kekosongan-tak terbentuk., Yonky Karman, Bunga
Rampai Teologi Perjanjian Lama, 32.
[7] Kata “lebih jarang”
identic dengan “lebih berharga”. Jika demikia, maka “sisa” itu menjadi milik Tuhan yang lebih
berharga dari pada emas dari ofir. S.H. Widyapranawa, KITAB YESAYA, 79.
[8] Tongkat secara
harfiah ialah sepotong batang yang dibawah atau yang digunakan oleh seseorang
yang bepergian, gembala dan oaring-oarang tua (Kej 32:10; Maz 32:10; Za 8:4).
Tongkat juga digunakan oleh tukang sihir dan peramal (Kel7:12; Hos 4:12). Dan
tongkat secara metaforis melambangkan kekuasaan, baik manusiawi (Kej 49:10; Hak
5:14) maupun ilahi (tongkat Harun yang bersemi, Bil 17)., Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid II (Jakarta: YKBK/OMF, Cet.
Ke-6, 2002), 488
[9] S.H. Widyapranawa, KITAB YESAYA, 81
[10] Achim Teschner, Ringkasan
Visi Mutiara KITAB YESAYA, 71 selanjutnya
[11] S.H. Widyapranawa, KITAB
YESAYA, 85
[12] S.H. Widyapranawa, KITAB
YESAYA, 87.
[13] Achim Teschner, Ringkasan
Visi Mutiara KITAB YESAYA, 71
[14] Alkitab Penuntun,
Komentar