Kristologi dalam Kitab Yesaya

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Perihal mengenai Kristologi yang dibahas oleh penulis merupakan Topik yang hangat diperbincangkan sejak dulu hingga pada era modern ini.Berbicara tentang Kristologi, maka ini menunjuk bahwa Yesus adalah Kristus dan Kristus adalah Yesus.Walaupun gambaran Yesus yang sesungguhnya tidak dapat digambarkan secara utuh dan lengkap, baik oleh para teolog, maupun para ahli sejarah. Namun melalui tulisan para penulis Alkitab dan berdasarkan hikmat Tuhan, setidaknya kita memiliki suatu pengenalan tersendiri akan gambaran Yesus yang sesungguhnnya. Karena gambaran tentang siapakah Kristus yang sesungguhnya sering sekali menjadi perdebatan diantara banyak orang.
Jadi yang menjadi alasan bagi penulis untuk membahas judul tentang “Tinjauan Teologis tentang Kristologi dalam Kitab Yesaya ialah pertama, karena adanya keraguan para ilmuan akan kebenaran Firman Tuhan mengenai pribadi Mesias sebagaiman yang dinubuatkan oleh para nabi.Kedua, para ilmuan dan orang orang-orang sekuler ragu bahwa kehadiran Mesias yang diceritakan atau dituliskan dalam Perjanjian Baru hanya merupakan cerita isapan jempol yang ditulis oleh orang-orang Kristen di zaman itu. Ketiga, kurangya pengenalan serta pemahaman banyak orang akan pribadi Kristus sebagai Mesias yang dijanjikan oleh Allah. Dan keempat, Kristus cenderung untuk diabaikan bahkan mungkin ditiadakan dari alam kehidupan manusia saat ini, dan secara otomatis keselamatanpun akan jauh dari mereka yang mencoba mengabaikan atau meniadakan pribadi Kristus sebagai Mesias.

B.     Rumusan Masalah
Sesuai dengan Latar belakang diatas maka penulis membuat rumusan masalahnya sebagai berikut:
1.      Apakah nubutan tentang Mesias sudah ditulis sejak jaman dahalu?
2.      Bagaimana pelayanan-pelayanan dan tugas-tugas yang dilakukan Mesias di dalam Inkarnasi?
3.      Seperti apa penderitaan  yang dialami oleh Mesias dalam masa inkarnasi?
4.      Apa pokok kemulian Mesias setelah masa inkarnasi?

C.    Tujuan Penulisan
Berdasarkan alasan penulisan diatas  maka tujuan penulisan makalah ini ialah:
1.      Supaya para ilmuan dan orang-orang sekuler yang meragukan Firman Tuhan tentang nubuatan Mesias dalam Perjanjian Lama dan digenapi dalam Perjanjian Baru, menyadari bahwa nubuatan tersebut tidak perlu diragukan lagi.
2.      Supaya mereka yang meragukan keberadaan Mesias sebagai ceritan isapan jempol akan diterangi oleh kebenaran Firman Tuhan bahwa Mesias sungguh sungguh ada dalam pribadi Allah yang menjelma menjadi Manusia.
3.      Supaya arus globalisasi pada saat ini yang menyebabkan orang-orang untuk lebih cenderung mencari serta mempercayai tokoh-tokoh yang kelihatannya lebih nyata, yang dapat memuaskan keinginannya, sehingga mereka dapat dicelikkan matanya untuk melihat kebenaran dari Allah.










BAB II
PEMBAHASAN
A.    Nubuat Kelahiran Mesias
Kristologi artinya ilmu pengetahuan tentang Kristus, namun arti ini tidak berdiri sendiri Karena Kristologi merupakan bagian dari sebuah ilmu pengetahuan yang lebih luas yaitu Teologi.Teologi merupakan ilmu pengetahuan yang berbeda dengan ilmu pengetahuan lainnya, karena Teologi merupakan ilmu pengetahuan iman.Dengan demikian Kristologi merupakan ilmu pengetahuan yang berdasarkan atas wahyu dan iman, terutama wahyu Allah dalam Yesus Kristus dan iman kepada Yesus Kristus. Dengan kata laindari pihak Allah memberikan wahyu kepada manusia, lalu manusia memberikan respon atas wahyu tersebut di dalam iman kepercayaannya, yang kedua-duanya berpusatkan kepada Yesus Kristus (Kristosentris).[1]
            Oleh Karen itu jika kita ingin memahami dan mengenal pribadi Krsitus, kita harus meneliti kelahiranNya, pelayananNya, dan tugas-tugasNya, penderitaanNya, serta kemuliaanNya yang diperoleh dari kehidupan Kristus itu sendiri.

1.      Kelahiran Mesias
Dalam Yesaya 7:14, kelahiran Mesias sudah dinubuatkan oleh Yesaya sejak zaman dahulu merupakan bagian menarik pertama yang akan kita bahas. Bagian dikatakan menarik karena sementara bangsa Israel masih menanti-nantikan kedatangan Sang Mesias, sebagaimana para nabi menubuatkan kelahiranNya di dalam tulisan mereka.Keadaan ini sungguh merupakan suatu hal yang ironis, terutama penolakan bangsa Israel yang bukan hanya terhadap nubuatan tersebut, tetapi juga pada pribadi Mesias yang ada dihadapan mereka. Mereka tidak memahami dan menyadari bahwa Sang Mesias yang dinantikan bukan saja ada didalam nubuatan, namun lebih dari itu Ia telah hadir ditengah-tengah mereka.
Penolakan yang dilakukan oleh bangsa Israel terus berlanjud sampai sekarang ini, dan bahkan meracuni para pemikiran teolog yang mencoba melakukan pendekatan pribadi Sang Mesias melalui kritik sejarah.Mereka meragukan bahwa Mesias dilahirkan dari seorang perawan yang bernama Maria. Penolakan mereka kelihatannya kurang dapat diterimah mengingat nubuatan tentang kelahiran Sang Mesias dituliskan oleh para penulis Perjanjian Lama dan di dalam Perjanjian Baru merupak fakta yang memang terjadi dalam di dalam Yesus dari Nazaret.
Oleh karena itu kita Akan menelusuri kebenaran ini melalui Kitab Yesaya yang memberikan suatu gambaran nubutan yang paling lengkap tentang pribadi Sang Mesias, yang mulai dari kelahiranNya sampai kemuliaanNya yang kelak akan dinyatakan pada setiap kita. Dengan demikian tidaklah mengherankan jikalau kitab ini disebut sebagai salah satu kitab yang terpenting dalam Perjanjian Lama.Begitu pentingnya kitab ini dapat kita lihat dari latar belakang sejarah yang meliputi zaman-zaman yang menentukan dalam sejarah Israel, yaitu zaman abad ke-VII sampai zaman sesudah pembuangan (abad VII).[2] Selain itu sejak zaman dahulu Yesaya dianggap sebagai nabi yang terbesar diantara nabi Perjanjian Lama, Dia disebut “burung rajawali diantara para nabi, “penginjil Perjanjian Lama”, dan sebagainya. Kitabnya bukan saja agung di dalam gaya bahasa dan pemikiran, tapi juga kaya dalam arti rohani.[3]
Keistimewaan kitab ini dapat pula kita lihatdari banyaknya kutipan yang diambil oleh para penulis Perjanjian Baru di dalam tulisan mereka, bahkan di awal pelayanan Yesus di Nazaret, Ia membacakan salah satu nats dari kitab ini untuk memberitakan tentang diriNya (Yes 61:1).
2.      Gelar-gelar dan Nama Mesias
a.       Sang Ajaib
Jika kita melihat bahasa aslinya kta pertama dari nama ini bukan penasehat (Yo’ ets), melainkan Ajaib (pele) di dalam bentk kata benda, dan Delitzsch sendiri menggambarkan bahwa kata ini harus dianggap sebagai nama pribadi.[4] Maka kata pele sendri memiliki arti sesuatu yang luar biasa yang tidak bisa masuk akal. Maka jika nama ini maengacu pada nama pribadi atau sesorag berarti kata ini menunjuk pada kepribadian dan pekerjaan orang tersebut.. dengan demikian sesuai denga nama yang diberikan kepada Mesias yang memang menunjuk pada pribadi dan pekerjaan Mesias.
Mesias diktakan Ajaib kerena sejak dari kelahiranNya bahkan sampai kebangkitanNya, Ia melakukan banyak hal yang istimewa dan luar biasa yang tidak mungkin dilakukan dan dialami oleh manusia pada umumnya. Keajaiban yang ada dalam diriNya, Ia dapat melakukan hal-hal yang luar batas kemampuan dan alam pikiran manusia.
b.      Penasihat
Nama kedua yang diberikan padaNya adalah Penasehat (yo’etz). Nama ini diberikan padaNya sesuai dengan kedudukanNya di dalam tahta Daud sebagai perintis, Ia harus memiliki hikmat untuk dapat menjalankan dan membangun kerajaanNya. Nasihat-nasihat yang diberikan tidak lepas dari campur tangan Roh Kudus (Lih Yes 1-2), ehingga Ia selalu dapat membedakan dan memberikan nasihat bagi kebaikan bangsaNya. Didalam Dia manusia dapat mempeoleh segala jawaban yang diperlukan dan bahkan dibawa lebih dekat kepada Allah, karena Ia adalah sungguh-sungguh “Sang Penasihat”.
c.       Allah yang Perkasa
Ada dua pemahaman tentang Allah yang Perkasa, yaitu Mesias sebagai Anak Allah berarti Allah yang sejati. Dan pemahaman yang lain bahwa Mesias adalah manusia biasa seperti mereka, karena Ia merupakan keturunan Daud berarti manusia sejati. Maka dengan demikian mereka mengangap bahwa Mesias adalah seorang pahlawan (gibbor), keturunan seperti raja Daud, bukan Anak Allah. Konsep ini yang menyulitkan mereka untuk memahami dan menerimah frasa ini menunjuk pada pribadi Mesias sebagai Allah. Ia harsu menyerupai seorang pahlawan atau ksatria gagah perkasa yang menyelamatkan mereka dari penindasan dan penganiayaan.
Namun pengertian tersebut tidak dapat kita terima karena tujuan Yesaya menggunakan kata Perkasa unuk menunjukan bahwa Mesias mampu melakukan apa yang tidak dapat dilakukan oleh orang lain (lih Yes 9:2-5). Dengan demikian Yesaya memahami bahwa Mesias adalah Allah.
d.      Bapa yang Kekal
Gelar nama keempat ini mengalami kusulitan untuk diterjemahkan. Beberapa komentar menyetujui untuk menghilangkan kemungkinan elemen ilahi dari kata ini bersi keras bahwa terminologi ‘kebapaan’ merupakan faktor inti mengingat ‘kekal’ hanya merupakan kata sifat. Luter menekankan secara nyata pada pemikiran keberadaan Mesias sebagai Bapa yang Kekal bukan pada fakta keberadaanNya sebagai individu yang kekal. Namun pada hakikatnya kita mengakui bahwa Ia memang kekal, Bapa yang Kekal (avi-ad). Pada zaman raja-raja dahlu mengklaim dirinya sebagai bapa bagi orang-orangnya bahkan kepada para tawanannya, namun itu hanya bersifat sementara dan karakter yang menodai diri sendiri. Alasannya, kerena yang kekal itu hanya ada pada Allah (Bapa), sedangkan bagi manusia hal itu tidak mungkin ada, manusia tidak memiliki sifat ilahi.
Selain itu terminologi ini biasanya digunakan untuk Yahweh (TUHAN) dan untuk menunjukan hubunganNya dengan umatNya, yang bersifat kekal. Dengan dua pengertian tersebut berarti Mesias mendiami dan memiliki kekekalan (Yes 57:15) serta Ia merupakan Bapa yang memelihara, mengasihi, lemah lembut, menyediakan, dan bijaksana bagi umatNya untuk selama-lamanya.
e.       Raja Damai
Banyak orang mengatakan bahwa nama kelima ini merupakan kesimpulan dari keempat nama di atas. Bahkan ada orang yang menyimpulkan bahwa kelima nama ini terangkum didalam dua garis besar yaitu Sang Ajaib dan Raja Damai.  Kata Raja Damai merupakan terjemahan dari sar-syalom yang berarti, seseorang yang akan membasa damai yang terakhir bagi dunia ini yang penuh dengan kesulitan.[5] Sebagai Raja Damai yang mewarisi tahta Daud Ia akan mengadakan perdamaian di seluruh dunia untuk semua orang (lih Yes 11, Rom 8:19-22). Dari tahta inilah Ia kan menjalankan kebenaran dan keadilan yang seluruhnya dilaksanakan bersumber pada “kecemburuan Yahweh” atau arti harafiahnya ilalah ‘api yang bernyala-nyala’. Dia cemburu karena Dia mengasihi umatNya. Kasih inilah yang memungkinkan terjadinya rekonsilisasi antara Allah dan manusia, juga antara manusia dengan manusia.
B.     Pelayanan Mesias Dalam Masa Inkarnasi
1.      Tugas dan Panggilan Mesias
Tugas yang dijalankan Mesias adalah ‘menyatakan hukum’ (misypat) yang berati bukan hanya hukum pada umumnya, tetapi perilaku tepat dalam segala hal, tata tertib, bahkan dalam agama yang benar.  Dalam terang yang sebelumnya gambaran pengadilan terentang artinya sebagai pertimbangan keputusan hukum, diantara Allah dan ilah-ilah dunia. Maka yang menjadi tugas dari hamba untuk menyampaikan pesan kepada dunia bahwa hanya ada satu Allah saja. Secara otomatis kata misypat (keadilan) memilki arti suatu rangkuman dari segala sesuatu yang telah Allah tempatkan dengan otoritasNya. Dalam arti luas, hamba menyampaikan kebenaran Allah kepada dunia untuk menunjukan kontras dengan situasi dunia yang dahulu (lih Yes 41:24-29).
 Namun dalam Yesaya 42:1 ditegaskan bahwa Allah sendiri yang telah memilih hambaNya yang berkenan kepadaNya, untuk menjalankan tugas ini. Maka hamba ini tidak memerlukan pengakuan dan persetujuan atau menjadi kesukaan orang lain, krena Allah yang memilih dan menetapkan Dia. Ia tidak perlu bergantung pada orang lain, Ia milik Allah. Maka secara otomatis Allah akan memperlengkapi Dia agar dapat menjalankan tugas yang sulit ini. Allah telah memberikan RohNya yang Kudus untuk mendampingi, menolong, dan memimpin hambaNya segala aniaya dan pertentangan. Pekerjaan hamba ini tidak dapat dilakukan oleh siapapun. Maka seseorang yang mampu menjalankannya pastilah seseorang yang telah dipilih oleh Allah, yang menjadi kesukaanNya yaitu, Kristus sendiri (Mat 3:17, 17:5). Karena itu Roh yang Allah berikan kepada Dia bukan roh sembarangan, tetapi yang memiliki kekuatan ilahi dan kuasa supranatural agar dapat memenuhi tugas dariNya.
a.       Pelayanan Jasmani
Pelayanan pertama yang dilakukan Mesias ditujukan pada jasmani, yaitu pada kesembuhan fisik. Hal ini terleih dahulu dilakukan mengingat kebutuhan manusia akan suatu bukti yang dapat ditangkap oleh pancaindera, khususnya indera penglihatan. Maka melalui kesembuhan fisik secara mujizat kepada orang-orang yang mengalami sakit penyakit, Ia mau menunjukan bahwa Ia berkuasa atas segala sesuatu termasuk segala sakit penyakit yang mustahil disembuhkan oleh manusia manapun, kecuali oleh kuasa ilahi dari Allah. Karena Ia sendiri adalah Allah.
b.      Pelayanan Rohani
Pelayanan rohani yang Mesias lakukan adalah membuka mata yang buta serta mengeluarkan orang hukuman dari tempat tahanan (Yes 61:1-3).  Ketika Yesus datang untuk mencelikkan mata orang buta, sesungguhnya pelayanan yang dilakukanNya bukan sekedar mencelikkan mata jasmani, tetapi mata rohani juga. Selama ini mereka tidak dapat melihat karena telah telah dibutakan oleh dosa yang membelunggu. Maka ketika Yesus menjamah mereka dengan kasihNya, mata rohani mereka yang selama ini telah dibutakan oleh dosa dapat dicelikkan kembali.Pelayanan Yesus mengeluarkan orang dari penjara berarti membukakan kurungan yang selama ini mengikat mereka. Jikalau selama ini kebebasan mereka telah dirampas, sekarang kebebasan itu datang mengahampirinya, yaitu kebebasan yang memberikan damai sejaterah dan kemerdekaan dari budak dosa.
Untuk itulah  Yesus datang, karena Ia ingin merawat oarang-orang yang remuk hatinya dan menghibur semua orang yang berkabung (lih 61:1-2), seperti buluh yang tekulai takan diputusknnya dan sumbu yang pudar nyalanya takan dipadamkannya (lih 42:3), seperti demikianlah Yesus akan melayani mereka yang tertindas dan tertekan karena penganiayaan dan penderitaan.
Ketika Yesus disalibkan bangsa Israel berpikir tentang penderitaanNya (ditindas, dianiaya, dipukul bnd. 53:7) yang layak diterimaNya kerena kesalahan yang dilakukanNya, padahal sesungguhnya Ia menangung penghakiman yang merupakan konsekuensi atas dosa-dosa mereka. Semua ini terjadi karena kebebalan dan kekerasan hati mereka untuk menerimah dan mengakui bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah. Akibatnya keadaan menjadi berbalik, mereka menduga Yesuslah yang bersalah, layak menerimah semua penghakiman tersebut, padahal sesunguhnya merekalah yang seharusnya menanggung semua penghukuman itu.

C.     Penderitaan Mesias Dalam Masa Inkarnasi
1.      Ditolak oleh bangsaNya
Kepahitan pertama yang dialami oleh Mesias dalam penderitaanNya adalah penolakan atas diriNya oleh lingkungan yang begitu akrab dan dekat dengan kehidupanNya sendiri (Mat 13:53-58). Pengalaman inijelas merupakan hal yang sangat menyakitkan dan mendukakan hati, jikalau kita berada di dalam suatu lingkungan dimana kita hidup dan dibesarkan tidak dapat menerimah kehadiran kita, apalagi kita ditambahkan dengan alasan penolakan yang kurang jelas. Maka bagi Mesiaspun hal ini sungguh merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan dan tidak membahagiakan.
Orang Yahudi (bangsaNya) sulit untuk mnerimah kehadiranNya karena memiliki konsep tertentu tentang Sang Mesias. Bagi mereka, Mesias yang diharapkan akan datang bukan seperti sosok yang mereka lihat pada saat itu. mereka berasumsi bahwa Mesias akan lahir dari tengah-tengah kerajaan, sesuai dengan nubuatan bahwa Mesias merupakan keturunan Daud, bukan keturunan seorang tukang kayu. Disamping itu sebagai bangsa yang terpilih, mereka begitu bangga akan keberadaannya bila dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain. Maka tidaklah mengherankan kalau mereka akan malu untuk mengakui bahwa Mesiasnya hanya orang rendahan biasa yang tidak dapat dibanggakan. Kenyataan seperti ini akan memeukul dan menjatuhkan harga diri mereka, mustahil mereka dapat menerima kehadiranNya.
Pemikiran seperti inilah yang akhirnya membawa mereka kepada kegelapan. Mereka tidak dapat melihat kebenaran yang ada dihadapannya karena dibutakan oleh kepicikan dan kebodohan sendiri, akibatnya kebenaran itupun akan berlalu begitu saja dari hadapan mereka, dan mereka kan terus menerus hidup hidup dalam kegelapan yang mereka pilih. Sikap mereka seperti ini masih ada sampai sekarang.
2.      Dianiaya oleh BangsaNya
Penderitaan yang dialami oleh Mesias  terentang dalam Yes 52:13-53:12 melukiskan betapa luar biasnya penderitaan yang dialami oleh Mesias. bangsaNya sendiri tidak cukup hanya menyengsarakan Dia dengan penderitaan batiniah, namun mereka juga menambahkan dengan penganiayaan secara jasmani. Bila kita melihat secara normal, tak ada seorangpun yang dapat bertahan dengan aniaya atau deraan keras seperti itu, setidaknya orang tersebut mungkin mengalami ganguan jiwa dan emosi. Namun disini kita melihat ketaatan Mesias yang luar biasa, walaupun mengalami begitu banyak aniaya dan pencobaan. Mesias menyadari bahwa misi yang Allah berikan kepadaNya adalah misi yang mulia, selain Iapun berkeyakinan bahwa Allah akan senantiasa menopang hidupNya, mengajarkan serta menguatkan Dia setiap pagi agar siap menjalankan tugas mulia tersebut, maka Ia tidak ragu untuk taat pada kehendak Allah.
Yesaya menggambarkan betapa hinannya Sang Mesias dihadapan bangsaNya yang telah memperlakukan Dia dengan kasar dan semena-mena. Ia dipukuli, dihina, diludahi, ditampar bahkan dicabut janggutNya oleh mereka, namun Ia tidak melawan ataupun memberontak bahkan Ia sendiri memberikan diriNya dianiaya sedemikian rupa (50:6). Gambaran ini sungguh merupakan sesuatu yang tidak lazim, karena tidak seorangpun di dalam dunia ini yang memberikan dirinya untuk mengalami suatu perlakuan yang begitu kejam. Apalagi disertai dengan penolakan sebagai seorang pribadi.
Dengan demikian jelaslah bahwa aniaya yang diterima Mesias merupakan suatu penghinaan besar baik dihadapan Allah maupun di hadapan manusia. Ia dianggap sebagai penjahat, mungkin penjahat paling besar yang sudah sepanntasnya menerimah perlakuan seperti itu
3.      Disalibkan oleh BangsaNya
Puncak dari semua yang dialami oleh Mesias terjadi pada peristiwa penyaliban di atas kayu salib. Hal ini dapat dikatakan demikian karena pada peristiwa ini bukan saja merupak penderitaan fisik yang paling berat, namun juga penderitaan batin yang paling menyakitkan yaitu, pada saat Allah meninggalkan Dia seorang diri di atas kayu salib. Jikalau selama ini Allah senantiasa mendamingi dan mendukung Dia, tetapi pada saat itu Allah harus meninggalkanNya karena dosa seluruh umat manusia yang sedang Ia tanggung di atas kayu salib. Allah yang Mahakudus tidak  dapat dan tidak mungkin menghampiriNya yang saat itu penuh dengan dosa. Peristiwa ini rasanya sangat sulit untuk dapat dibayangkan dengan kata-kata, apalagi untuk dirasakan. Karena tidaklah mengaherankan jikalau para penulis PB mengutip bagian kesengsaraan ini banyak dibandingkan dengan bagian lain. Karena peristiwa inilah sebenarnya merupakan penggenapan misi Mesias ke dalam dunia dan juga karya keselamatan Allah yang tiada taranya bagi umat manusia.
Kerendahan hati Sang Mesias menerimah semua itu semakin dikuatkan ketika Ia rela mati disalibkan di antara dua penjahat di bukit Golgota (Mat 27:33,38; Mar 15:22,27,28; Luk 23:33; Yoh 19:17-18). Walapun Ia bukan penjahat tetapi Ia rela diperlakuka seperti penjahat, disaibkan bersama mereka. Pada saat itu mati disalibkan bukanlah hal yang baik dan mulia, apalagi bersama orang-orang yang dianggap sampah oleh masyarakat.
Gambaran penyaliban yang begitu mengerikan dihadapi oleh Mesias tanpa pemberontakan, karena Ia tahi di balik semua penderitaan itu ada suatu hal yang lebih mulia, yang ingin Allah lakukan melalui diriNya. Maka jikalau pada saat itu salib merupakan lambang kehinaan dan kebodohan yang dihindari orang, sekarang telah berubah menjadi lambang kehormatan dan kemuliaan setelah kematian Mesias di atas kayu salib.
Dengan demikian semua gambaran penyaliban dan kematian Yesus menggenapi dan juga membuktikan bahwa tulisan para nabi tentang nubuatan Mesias, bukan cerita rekayasa manusia untuk mengagung-agungkan tokoh Yesus sebagai Mesias, tetapi menunjukan bahwa semua karya para penulis Alkitab tentang Yesus Kristus sebagai Mesias merupakan kebenaran yang tidak dapat dipungkiri (Luk 24:44-46 dan Mar 14:21).
D.    Kemuliaan Mesias Setelah Masa Inkarnasi
Setelah penghinaan dan penderitaan yang dialami oleh Mesias sehingga Ia menyerahan nyawaNya di atas kayu salib sebagai korban tebusan ganti dosa yang dapat diperbuat oleh umat manusia, maka Allah berkenan untuk meninggikan Dia dengan kemuliaan yang besar. Kemuliaan yang hanya diberikan kepadaNya sebagai penebus dosa dunia. Karena tidak ada seorangpun yang layak dan mampu menjadi penebus dunia, kecuali Dia.
Syarat yang paling uatama dan mutlak seperti ini hanya ada di dalam pribadi Mesias. Keberadaan Mesias yang tanpa dosa sejak Ia berinkarnasi tetap demikian sampai akhir hidupNya. Alkitab mencatat keberadaanNya yang tak berdosa, bahkan didalam penderitaanNya yang luar biasa menjelang kematianNya di kayu salib (Yes 53:9b dan 1 Pet 5:22). Hal ini jelas membuktikan bahwa Ia menang dan layak dan mampu menjadi penebus dunia.
1.      Dibagkitkan Dari Antara Orang Mati
Hak istiwewa yang Allah berikan kepad Mesias adalah kebangkitaNya dari antar orang mati. Tidak ada seorangpun sebelum Mesias yang pernah mengalami dibangkitakan dari antara orang mati. Kebangkitan yang dialaminya merupakan bukti akan keberadaanNya yang sungguh berbeda dengan manusia-manusia yang lain. Walaupu Ia manusia sama seperti kita, tapi Ia tetap Allah yang hidup, yang telah bangkit dari antara orang mati. Misteri inilah yang merupakan permasalahan yang paling besar diantara para ahli, karena mereka berasumsi bahwa mustahil seorang manusia biasa dapat mengalami kebangkitan setelah kematiannya. Meskipun kelihatannya tidak masuk akal, namun justru inilah kebenaran yang sebenarnya terjadi di dalam kehidupan Mesias.
Kematian yang dialami Mesias merupakan kehendak Allah dan bukan suatu peristiwa kecelakaan ataupun kejadian yang disengaja. Peristiwa ini malahan merupakan  bagian dari rencana Ilahi yang besar, yang akhirnya kan membawa pada kemuliaan. Maka tidak seorangpun yang dapat membatalkan segala sesuatu yang merupakan rencana Allah yang luar biasa, bahkan Mesias sendiripun tidak berkehendak untuk membatalkannya. Karena  selain bernilai sebagai sebagai penggenapan, kematianNya merupakan tuntutan kebenaran Allah atas penghakiman melawan dosa. Jadi Mesias memang telah mati, namun Ia telah dibangkitkan oelh Allah dari antara orang mati. Maka genaplah apa yang tertulis tentang Mesias bahwa Ia akan mengalami kematian lalu dibangkitkan oleh Allah sendiri (Mat 17:22-23).
2.      Dimuliakan Diantara Bangsa-bangsa
Kemuliaan yang Allah berikan kepada Mesias atas ketaatanNya bukan saja dibangkitkan dari antara orang mati, namun juga dimuliakan diantara bangsa-bangsa (Yes 52-13-15; 53:10). Allah sangat bekenan atas ketaatan Mesias sampai mati sehinga Ia memberikan berbagai kemuliaan yang hanya layak diberikan kepada seorang pribadi seperti Mesias, yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia. Kemuliaan yang Allah berikan bukan semata-mata menunjuk akan adany asuatu pemberian upah atas semua perbuatan, namun lebih mengarah pada pembuktian bahwa Mesias adalah Anak Allah yang tunggal yang sudah selayaknya menerima kemuliaan seperti Allah, karena Ia sendiri adalah Allah. Dan Donald Guthrie menguraikan secara khusus bahwa Yesus sebagai Allah.[6]Maka ketika Allah memuliakanNya bukan saja kemuliaan manusiawi yang diberikan kepadaNya, tetapi kemuliaan Ilahi (Mat 17-1-13, Fil 2:8-11).
3.      Duduk Disebelah Kanan Allah Bapa
Kemuliaan pada poin  ini merupakan puncak dari semua kemuliaan yang diberikan padaNya oleh Allah Bapa (Yes 52:13). Peristiwa ini mengingatkan kita pada permintaan dua murid yang dikasihi oleh Yesus untuk duduk disebelah kanan dan kiri kelak dalam kerajaanNya. Gambaran ini menunjukan bahwa kedua murid tersebut menyadari betapa berharga dan mulianya duduk di sebelah Tuhan Yesus (Mar 10:33-35), yang berarti orang tersebut memperoleh kemuliaan yang besar karena diperkenankan duduk sejajar dengan seseorang yang dianggap memiliki kedudukan yang begitu tinggi.
Alkitab sendiri dengan berbagai cara berusaha mengungkapkan tentang Tuhan Yesus yang duduk disebelah kanan Allah Bapa ini. Kis 2:23 menyatakan bahwa Ia ditingikan oleh tangan kanan Allah. Dalam Roma 8:34 mengatakan bahwa Ia  duduk disebelah kanan Allah (Ibr 8:1; 1 Pet 3:22), sedangkang Kis 7:56 menyebutkan bahwa Ia sendiri di sebelah kanan Allah. Bentuk apapun yang disebutkan dalam ayat-ayat di atas tetap memilki arti tentang kekuasaanNya yang nyata. Arti dari kebangkitan dan kenaikan Kristus ke sorga ditunjukan dalam realita, Kristus berada di sorga untuk selama-lamanya (Ibr 10:12), Ia berdiri sebagai Imam Besar yang membela perkara kita (Ibr 8:1).[7]
Calvin mengatakan bahwa Kristus duduk disebelah kanan Allah Bapa setara dengan mengatakan bahawa ‘Ia ditetapkan dalam pemerintahan ata slangit dan bumi, dan secara formal diterima untuk memiliki tugas yang diberikan kepadaNya, danbukan saja diakui untuk satu kali, tetapi terus berlangsung sampai  Ia turun pada penghakiman.[8]
Pernyataan Berkhof di atas menunjukan Kristus bukan sekedar penerimah kuasa dan kekuatan ilahi, serta kemuliaan dan keagungan secara pasif, tetapi secara aktif tetap melakukan karya-karyaNya sampai pada hari penghakiman. Kebenaran ini mendukung pernyataan yang terdapat dalam Pengakuan Iman Rasuli bahwa “Pada hari ketiga Ia akan bangkit, naik ke surga duduk disebelah kanan Allah Bapa yang Mahakuasa, dan dari sana Ia akan datang untuk menghakimi orang yang hidup yang mati”. Kebenaran ini jelas menggenapi nubuatan Yesaya bahwa Mesias akan duduk di sebelah kanan Allah Bapa, setelah Ia dibangkitkan dari kematian dan naik ke surga. Karena itu kenaikanNya ke surge dan duduk di sebelah kanan Allah Bapa memeiliki arti bahwa Ia akan memberikan tempat di surga bersama-sama dengan Dia (Ef 2:6) dan memiliki Kepala di bumi (Kol1:18), serta Kepala di surge (Fil 3:20).[9]






BAB 3
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan seluruh pembahasan diatas, penulis dapat menyimpulkan beberapa kebenaran tentang Sang Mesias yang dinubuatkan dalam kitab Yesaya. Waapun banyak orang meragukan Mesias yang dituliskan oleh para nabi, namun kebanaran firman Tuhan tetap seperti terang  di dalam kegelapan yang tak dapat ditutupi oleh apapun juga.
Jadi pembahasan ini penulis menyimpulkan beberapa hal yaitu:
1.      Kitab-kitab Injil membuktikan bahwa Yesus dari Nazaret merupakan penggenapan dari nubuatan tentang Mesias yang dituliskan oleh Yesaya.
2.      Peristiwa yang dialami oleh Mesias yang tergenap dalam diri Yesus dari Nazaret membuktikan bahwa nubuatan yang dituliskan Yesaya bukan merupakan pemikirannya sendiri, melainkan atas pimpinan Allah melalui Roh Kudus yang mengiluminasikannya kepada Yesaya.
3.      Sang Mesias yang dituliskan oleh para penulis Alkitab masih tetap relevab samapai sekarang. Buktinya sampai sekarang banyak orang masih mempercayai bahwa keselamatan hanya bersumber dari Tuhan, dan demi keselamatan tersebut mereka rela berkorban demi mempertahankan kemurnian imannya.
B.     Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini, masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu penulis sangat perlu kritik dan saran dari pembaca untuk bisa penulis memperbaiki makalah ini lebih baik lagi.





[1] . Dr. Niko Syukur Dister, Kristologi Sebuah Sketsa, (Yogyakarta: Kanasius, 1993) 22.
[2] . Marie-Claire Barth, Kitab Yesaya Pasal 1-13, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996) 1
[3] . J. D. Dougles, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Vol II, (Jakarta: OMF,1997) 580
[4]. Achim Teshner, Diktat Tafsiran Kitab Yesaya (Jakarta: Iman, 1995), 24
[5]. William Mac Donald, Believer’s Bible Commentary Old Testament (Nashville: Thomas Nelson, 1992) 947
[6]. Donald Guthrie, 388
[7]. Harun Hadiwijono, 342-343
[8] . Louis Berkhof, Teologi Sistematika, Doktrin Kristus, (Surabaya: Momentum, Cet. Ke-3, 2006) 112-113
[9] . Harun Hadiwidjono, 343

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Proposal Skripsi

“TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGAJARAN ALLAH TRITUNGGAL MENURUT ERASTUS SABDONO”

Ajaran Sesat