Bahan Seminar


MENJADI GURU SEKOAH MINGGU
ADALAH PANGGILAN
Disajikan oleh : Pdt. Ramli Sianturi, MTh


Pengantar

Panggilan dalam arti modern untuk suatu pekerjaan, tidak terdapat dalam PB. Pengertian itu dikembangkan oleh Luther dan Calvin pada abad ke-16, dalam serangan mereka atas Katolikisme Roma, yang menganggap panggilan itu hanya untuk memasuki suatu ordo keagamaan.Dalam PB orang dipanggil untuk suatu kehidupan baru dalam Kristus (1Kor. 1:26) dan para rasul mempunyai panggilan untuk menguatkan mereka (1Kor. 1:1). 2) Sebagai bagian dari tindakan penebusan-Nya. Allah 'memanggil' Israel (Yes. 49:1) dan individu-individu (Yes. 41:25). Panggilan itu kadang-kadang untuk suatu pekerjaan baru dan tak terduga, karena itu diberikan nama yang tak terduga (Luk. 1:59-63), atau nama baru (Yoh. 1:42). Panggilan Allah kepada manusia terus berlanjut dalam jemaat rasuli (Gal. 1:15).Meskipun semua orang dipanggil dalam kesetaraan untuk bersama-sama ambil bagian dalam kehidupan Kristen, namun beberapa di antaranya dipanggil untuk maksud-maksud tertentu, seperti pada kasus *Matias (Kis. 1:24) dan Paulus (Gal. 1:15).Sejak Reformasi, Martin Luther, dan banyak orang lain, telah menegakkan doktrin yang tinggi mengenai suatu pekerjaan sekuler sebagai panggilan seseorang.Namun, arti panggilan seperti ini tidak dikenal dalam PB.
Dalam PL dan PB kata ini muncul kr 700 kali sebagai kata kerja, kata benda atau kata sifat. Akar kata Ibrani ialah qr; kata Yunani kalein (dgn kata-kata gabungannya dan kata jadiannya kletos, 'dipanggil' dan klesis, panggilan), legein dan fonein.Istilah atau sebutan-sebutan tersebut utamanya hendak menjelaskan bahwa Allah adalah pelaku yang memanggil bagi maksud dan tujuan-Nya sendiri.Dengan demikian istilah “panggilan”mengungkapkan arti teologisnya, yaitu panggilan untuk melayani Allah dalam suatu fungsi dan bagi suatu tujuan khusus (1 Sam 3:4; Yes 49:1).
DIPANGGIL UNTUK MELAYANI ALLAH:
Menggembalakan Anak Sekolah Minggu

Matius 20:28 mengatakan, “Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani  dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” Kehadiran Yesus di dunia semata-mata untuk melayani dan menjadi pelayan bagi manusia (Mat. 20:28; Luk. 22:27).Pelayanan terbesar yang Yesus lakukan bagi manusia adalah mengorbankan nyawa-Nya agar dunia diselamatkan. Karena itu, sebagai orang-orang yang telah diselamatkan, setiap orang percaya kepada Kristus terpanggil melayani seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah (1 Petrus 4:10). Ketika Tuhan memanggil orang-orang pilihanNya, Ia tidak memanggil mereka untuk menganggur saja, melainkan untuk melayani Allah yang hidup. Itu adalah amanat bagi setiap orang percaya.Ada pun bentuk panggilan untuk melayani di dunia ini ada dua jenis, yaitu panggilan umum dan panggilan khusus. Panggilan umum adalah melakukan tugas yang telah Tuhan berikan kepada kita dalam kehidupan sehari-hari dengan meneladani kehidupan Kristus selama hidup-Nya di dunia (1 Yoh.2:6). Sementara panggilan khusus adalah pelayanan dalam bidang yang khusus dan tujuan yang khusus, seperti pendeta, majelis jemaat, guru sekolah minggu, pelayan kategorial dan fungsional, dll.Dengan ini, motif yang benar-benar suci sangatlah penting dalam melaksanakan pelayanan bagi Tuhan.
Dasar Panggilan Untuk Melayani
1.       Kita diciptakan untuk melayani Allah.
Alkitab berkata: Allah membentuk kita supaya kita melakukan hal-hal yang baik yang sudah dipersiapkannya untuk kita (Ef.2:10). Hal-hal yang baik inilah pelayanan kita.Kapanpun kita melakukan hal yang baik terhadap orang lain, asalkan kita melakukannya untuk Tuhan, kita sebenarnya sedang melayani Allah (Kol. 3:23; Mat. 25:40; 45).Terlebih untuk pelayanan khusus, seperti mengajar Sekolah Minggu.
2.       Kita diselamatkan untuk melayani Allah.
Allah menebus kita supaya kita bisa melakukan pekerjaan kudusnya.Kita tidak diselamatkan oleh pelayanan, tetapi kita diselamatkan untuk pelayanan.Dalam  kerajaan Allah, kita memiliki sebuah tempat, sebuah tujuan, sebuah peran, sebuah fungsi untuk dilaksanakan. Ini memberi arti dan nilai yang luar biasa kepada kehidupan kita.Yesus harus mengorbankan nyawaNya sendiri untuk membeli keselamatan kita. Kita tidak melayani Allah karena rasa bersalah atau ketakutan atau bahkan kewajiban, tetapi karena sukacita dan ucapan syukur yang dalam atas apa yang telah Dia kerjakan bagi kita. Kita berhutang nyawa kepadaNya (1Kor. 6:20). Melalui keselamatan, masa lalu kita telah diampuni, masa kini kita diberi makna, dan masa depan kita dijamin.
Istilah lain dalam bahasa inggris untuk melayani Allah yang salah dimengerti oleh banyak orang adalah ministry (pelayanan sebagai gembala/pendeta). Ketika sebagian orang mendengar kata “pelayanan” mereka berpikir tentang gembala, pendeta, dan rohaniwan profesional, tetapi Allah berkata setiap anggota keluarga-Nya merupakan seorang pelayan (minister).Di dalam Alkitab, kata hamba (servant) dan pelayanan (minister) adalah sinonim, seperti halnya service dan ministry.
3.       Kita dipanggil untuk melayani Allah.
Ketika bertumbuh, kita mungkin mengira bahwa “dipanggil” oleh Allah merupakan sesuatu yang hanya dialami oleh para misionaris, gembala, dan pekerja gereja purna waktu lainnya, tetapi Alkitab berkata bahwa semua orang kristen dipanggil untuk melayani. Panggilan kita untuk keselamatan meliputi panggilan untuk melayani. Keduanya sama. Tidak peduli apa pekerjaan atau karier kita, kita dipanggil untuk pelayanan kristiani purna waktu.
Seorang kristen yang tidak melayani merupakan sebuah pernyataan yang bertentangan. Setiap kali kita memakai kemampuan-kemampuan yang diberikan Allah untuk menolong orang lain, kita sedang memenuhi panggilan kita.
4.       Kita diperintahkan untuk melayani Allah.
Bagi orang-orang orang percaya, pelayanan bukanlah pilihan, sesuatu untuk dimasukkan ke dalam jadwal kita jika kita bisa menyediakan waktu.Pelayanan adalah inti kehidupan Kristen.Yesus datang untuk melayani dan untuk memberi.Dan kedua kata kerja tersebut seharusnya juga menjadi ciri kehidupan kita di dunia.Kita seharusnya menjadi bagian dari solusi, bukan masalah. Karena itu:
Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri” (I Petrus 5:2a)


Motivasi Dalam Melayani Allah
1.       Tergerak Oleh Ketaatan
Di dalam kitab Ulangan 13:4, nabi Musa menulis, “Tuhan, Allahmu, harus kamu ikuti, kamu harus takut akan Dia, kamu harus berpegang pada perintahNya, suaraNya harus kamu dengarkan, kepadaNya kamu harus berbakti dan berpaut.” Ayat tersebut berkaitan dengan kepatuhan kepada Allah.Di tengah rangkaian kata-kata yang memerintahkan agar kita patuh kepadaNya, terdapat perintah “kepadaNya harus kamu berbakti”.Berbakti kepadaNya berarti mengabdi kepadaNya dan melayani Dia. Ya, kita harus melayani Dia karena kita mau mematuhi Dia.Jika kita tidak melayani Tuhan, itu berarti tidak mematuhi Dia. Jadi, tidak melayani Tuhan adalah suatu dosa.
2.       Tergerak Oleh Hati yang Bersyukur
Dengan memberikan diriNya sendiri sebagai korban penebusan dosa kita, Tuhan Yesus sudah melakukan sesuatu yang terbesar bagi kita.Tidak ada pemberian yang lebih besar daripada itu. Tidakkah kita menyadari bahwa tidak ada yang lebih besar yang dapatia perbuat bagi kita daripada memberikan diri-Nya bagi keselamatan kita? Jika kita menyadari dengan sungguh bahwa hidup kita saat ini adalah anugerah Tuhan, maka kita akan mengabdikan seluruh hidupnya kepada Tuhan. Kita  akan melayani Tuhan seumur hidup  meskipun kita tahu bahwa kita tidak akan pernah bisa membalas anugerah Tuhan yang besar itu. Kalau kita sebagai hambanya tidak dapat melayani Dia dengan penuh rasa terima kasih, apa yang dapat membuat kita berterima kasih kepadaNya?
3.       Digerakkan Oleh Kasih
Menurut Galatia 5:13, pelayanan harus dilakukan atas dasar kasih. Tidak ada “bensin” yang lebih baik untuk menggerakkan kita melayani dan memberi semangat selain kasih.Dalam pelayanan kita kepada Tuhan, kita melayaniNya bukan demi memperoleh uang, tetapi kita melakukannya atas dasar kasih kepada Tuhan dan kepada sesama.Melayani Tuhan bukanlah persoalan suka atau tidak suka.Kita diberi amanat, “pergilah!” maka kita pergi.Kasih Yesuslah yang mendesak kita pergi melayani. Kalau orang-orang Kristen dipenuhi dengan kasih Yesus, mereka akan digerakkan pula oleh kasih Yesus. Hasilnya mereka “tidak lagi hidup untuk  dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka” (2 korintus 5:14-15). Mereka melayani Allah dan sesamanya atas dasar kasih Yesus.
“Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri” (I Petrus 5:2b)

Pola Melayani Allah
1.       Pola Kerendahan Hati
Yesus adalah hamba yang sempurna.Kebesaran-Nya terlihat dari kesediaan-Nya merendahkan diri, melayani kedua belas murid-murid-Nya.Sungguh, suatu kerendahan hati yang mencengangkan. Yesus, Tuhan dan Guru dari murid-murid itu, bersedia mencuci kaki mereka untuk memberi  contoh bagaimana murid-muridnya harus melayani dengan kerendahan hati (Yoh. 13). Dalam kehidupan ini selalu ada kecenderungan dalam diri kita (Alkitab menyebutnya sebagai “kedagingan”) untuk berpikir dan berharap mendapat imbalan, atau pujian, atau keuntungan bagi diri saya sendiri.

Tentunya ini bukanlah pelayanan yang Kristus maksudkan, melainkan pelayanan untuk diri sendiri.Ini adalah godaan yang membahayakan pelayanan kita.Karena itu, dengan kuasa Roh Kudus, kita harus menolak pelayanan yang bermotivasi mementingkan diri sendiri.Itu adalah motivasi yang bertentangan dengan pola Yesus, yaitu mengosongkan diri-Nya sendiri, merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati di kayu salib (Filipi 2:1-11). Kerendahan hati kita dalam melayani Tuhan haruslah tulus, yaitu, “menganggap yang lain lebih utama daripada dirinya sendiri (Filipi 2:3). Orang Kristen seharusnya melayani dengan rendah hati karena hal itu membuat dirnya menjadi semakin seperti Yesus.
2.       Pola Sukacita
Melayani Tuhan tidak pantas dilakukan dengan hati yang mengomel atau kecut.Kita harus melakukannya dengan sukacita. Pada zaman  dahulu kala, hamba-hamba raja sering dijatuhi hukuman mati hanya karena bermuka muram sewaktu melayani sang raja. Ada sesuatu yang tidak beres pada diri kita kalau tidak dapat melayani Tuhan dengan sukacita. Kalau kita melayani Tuhan hanya karena  merasa itu sudah kewajiban, tidaklah aneh kalau kita tidak dapat melayani Dia dengan sukacita. Kalau kita melayani Tuhan hanya karena ingin masuk surga, tidaklah aneh kalau Anda tidak dapat melayani Dia dengan sukacita. Sebaliknya orang percaya yang berterima kasih atas apa yang telah Tuhan lakukan baginya akan dapat melayani Tuhan dengan sukacita dan sukarela. Pola sukacita ini bersumber dari pengalaman iman dan syukur atas perbuatan-perbuatan Allah di dalam Yesus Kristus yang telah menyelamatkan dan menghidupkan kita kepada kehidupan yang kekal serta memanggil kita menjadi rekan sekerja-Nya bagi pelayanan kerajaan-Nya di dunia ini.Karena itu,
Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan” (Rom 12:11).
“Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri” (I Petrus 5:2c)
3.       Pola Keteladanan
Pola keteladanan ini bersumber dari keteladanan Yesus dalam melayankan berita Kerajaan Allah.Ia tidak hanya mengajarkan prinsip-prinsip kebenaran, tetapi secara menghidupi dan mempraktekkan setiap kebenaran itu dalam seluruh hidup dan perbuatan-Nya. Inilah yang membuat pelayanan-Nya membawa dampak dan hasil yang ajaib dan membahagiakan bagi manusia, terlebih memuliakan Allah Bapa-Nya. Terdengarlah suara Allah : “Inilah Anak yang Kukasihi! Kepada-Nyalah Aku berkenan” Demikian pun dengan kita para duta-duta-Nya.Keteladanan hidup kita menjadi legitimasi dari pelayanan kita, sekaligus menjadi meterai oleh Roh Kudus bagi kuasa yang mengalir melalui pelayanan tersebut.Bahkan keteladanan hidup di dalam Kristus menjadi pola pelayanan yang paling efektif dan menakjubkan bagi hasil dan jangkauannya.

“Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu” (I Petrus 5:3)

SETIAP ORANG PERCAYA
MEMPUNYAI KARUNIA UNTUK MELAYANI

Karunia-karunia Roh menunjukkan peran-peran kita dalam pelayanan.Semua manusia dilahirkan dengan bakat dan talenta tertentu, namun hanya orang percaya yang diberikan karunia-karunia Roh.Karunia-karunia Roh dianugerahkan kepada kita ketika kita dilahirkan kembali dan menjadi bagian dari tubuh Kristus (gereja lokal).Anggota-anggota tubuh Kristus, yaitu jemaat diperlengkap dalam tubuh Kristus untuk melayani dengan bakat, talenta, dan karunia-karunia yang mereka miliki.
Dalam 1 korintus 12:4, 11, disebutkan bahwa ada bermacam-macam karunia, dan bahwa Roh Kuduslah yang akan menentukan karunia mana yang akan diberikanNya kepada kita. Dan tujuan diberikannya karunia itu adalah untuk melayani (Li. I Petrus 4:10). Apa pun pandangan teologi kita tentang karunia Roh,yang pasti ada dua hal penting yang terungkap dalam firman Tuhan ini yaitu: (1) Kalau kita adalah orang percaya, maka  kita mempunyai karunia Roh; (2) Tujuan Allah memberi karunia itu kepada kita adalah untuk melayani kehendak-Nya.
Banyak orang Kristen yang sudah lama melayani Allah dengan setia, tidak mengetahui dengan pasti karunia apa yang sudah Tuhan berikan kepada mereka. Kenyataan ini tidak bermaksud mengatakan bahwa kita tidak perlu mencoba mencaritahu karunia apa yang kita miliki, tetapi hal ini hendak mengatakan bahwa sekalipun kita tidak dapat mengatakan dengan pasti karunia apa yang ada pada kita, keselamatan yang sudah kita peroleh tidak dibatalkan.
Cara untuk mencaritahu karunia apa yang ada pada kita adalah melayani Tuhan, dan menemukan di bidang mana kita sangat antusias dan menikmati melakukannya. Seandainya kita mempunyai karunia untuk mengajar, kita tidak akan betul-betul mengetahui bahwa kita memiliki karunia mengajar kalau kita tidak mau mulai mencoba mengajar. Melalui pelayanan kepada orang-orang yang sedang berada dalam kesusahan dan yang sedang terluka hatinya, kita mungkin saja mendapati bahwa kita mempunyai karunia belas kasihan.
Bertolak dari keterangan di atas, kita harus mendisiplinkan diri untuk melayani di dalam gereja.Kita tidak harus melayani dalam bidang yang menonjol.Kita tidak harus mempunyai kedudukan yang tinggi. Seseorang yang mempunyai  hati seorang hamba akan mendapati dirinya digerakkan oleh kasih Yesus sehingga ia rela melayani sekalipun di luar jam kerja/jam pelayanan yang sudah ditentukan. Orang-orang yang tidak dapat melayani sebagaimana yang mereka kehendaki, yang terhalang oleh keadaan fisiknya, biasanya dapat menjadi pendoa syafaat yang kuat.Tuhan memberi kita karunia Roh supaya kita memakainya untuk melayani.

PENUTUP
Tuhan memilih dan memanggil kita sebagai utusan-Nya, sebagai Rekan Sekerja-Nya untuk menggembalakan dan mengajar Sekolah Minggu.Karena itu, panggilan ini adalah Suci dan Kehormatan.Tuhan tidak melihat kita dari kepandaian, kesuksesan, kekayaan, popularitas, ketampanan.Tuhan melihat kita dari ketulusan hati dan penyerahan diri kita yang total.
Tuhan telah memilih kita sesuai dengan panggilan pelayanan masing-masing: Ada sebagai pendeta, sebagai diaken, sebagai guru sekolah minggu, sebagai pemusik, dan bahkan ada yang bertugas mengatur dan membersihkan kursi-kursi. Semuanya itu hendaknya dilakukan dengan tulus buat Tuhan, dan bukan hanya buat manusia saja.
Pekerjaan atau pelayanan apapun yang sudah Tuhan taruh dalam hidup kita, termasuk melayani anak sekolah minggu, hendaknya kita laksanakan dengan sebaik-baiknya, bukan dengan berbantah-bantahan ataupun bersungut-sungut supaya hidup kita dapat bercahaya dalam kegelapan dunia.
Pentingnya memiliki hati seorang gembala, khususnya dalammelayani sebagai seorang guru Sekolah Minggu.Sebab guru Sekolah Minggu adalah gembala bagi anak-anak Sekolah Minggu.Sebagai gembala, seorang guru Sekolah Minggu harus dapat mengenal anak-anaknya dengan baik bahkan dapat menjadi gembala yang baik dan meneladani Tuhan Yesus yang adalah gembala yang agung.
Jika kita melakukan segala pelayanan kita dengan kerendahan hati dan dengan sukacita maka akan membuahkan hasil yang ajaib dan manis.























Mengajarkan Firman Allah
Dengan Benar dan Kreatif
Disajikan oleh : Pdt Ramli Sianturi, MTh

Pengantar
Tugas pokok dari Guru Sekolah Minggu (GSM) adalah mengajarkan Firman Tuhan kepada anak-anak sebagaimana disaksiakan/tertulis dalam Alkitab. Karena itu sumber utama dan sekaligus mahkamah terakhir dari pengajaran GSM adalah Alkitab.  Konsekuensinya, GSM harus sungguh-sungguh mempelajari kebenaran Alkitab (sebagai penafsir) dan sungguh-sungguh pula mempersiapkan diri dalam proses pembelajaran (sebagai pengajar). Keduanya berlangsung di dalam pimpinan dan pertolongan Roh Kudus, Pemimpin Kebenaran (Yoh. 16:13). Hal ini dimaksudkan agar kebenaran yang hendak diajarkan kepada anak didik dapat dimengerti dengan baik, utuh dan benar, sehingga anak mengalami perjumpaan dengan Allah.Untuk tujuan uni GSM perlu memahami prinsip-prinsip belajar mengajar, baik pemaknaan secara umum maupun teologis, lalu berlanjut dengan bagian aplikatif praktis dan kreatif mengenai mengajarkan firman-Nya.

Mengajarkan Firman Allah Dengan Benar
Hal pertama pertama yang harus diketahui dan dipahami oleh GSM ketika hendak melakukan proses mengajar belajar adalah tujuan mengajarkan Firman Allah. Hal ini tentunya berbeda dengan tujuan mengajar pada umumnya atau dunia ilmu pengetahuan.Tujuan mengajar Firman Allah dapat ditemukan jawabannya dalam Alkitab. Kejadian 1:26 menyuratkan bahwa Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya (Kej. 1:26,27). Allah menghembuskan nafas-Nya ke dalam manusia, dan dengan nafas Allah itu manusia menjadi makhluk yang hidup (Kej.2:7). Allah menciptakan manusia untuk menyembah Allah dan untuk memelihara bumi, bekerja sama dengan diri-Nya. Selain itu Allah menciptakan manusia untuk berkomunikasi dengan-Nya dan dengan sesamanya.
Namun manusia itu, dengan kebebasan yang dimilikinya, lebih memilih mendengarkan suara Iblis daripada menataati perintah Allah, yang akhirnya membawanya jatuh ke dalam dosa.Dosa berarti menyimpang dari jalan Allah atau pemberontakan manusia kepada Allah.Hal ini mengakibatkan gambar Allah dalam diri manusia itu menjadi rusak.Akibat yang lebih fatal adalah hubungan manusia dengan Allah terputus, dan hubungan dengan sesama manusia juga hancur.Walaupun demikian, karena kasih-Nya yang besar, Allah sendiri berinisiatif mengulurkan tangan untuk memperbaharui hubungannya dengan manusia dengan mengutus Anak-Nya sendiri, Yesus Kristus, jalan pendamaian dan Juruselamat dunia.Gambar Allah yang rusak karena dosa, kini diperbaharui di dalam Dia. Inilah tujuan tertinggi dari Allah dalam karya penebusan dan penyelamatan.Dalam seluruh kehidupan Tuhan Yesus, gambaran Allah dalam diri manusia dinyatakan dan dipulihkan. Kemudian kebenaran ini diwujudkan juga di dalam mereka yang percaya kepada Kristus dan menjadi serupa dengan Dia. (Rm.8:29)
1.       Tujuan Umum
Tujuan pengajaran Firman Allah kepada anak didik adalah membawa anak mengalami perjumpaan dengan Allah dan menjadi serupa dengan Yesus Kristus.Menjadi serupa berarti adanya suatu perubahan yang sungguh-sungguh direncanakan dan sungguh-sungguh terjadi secara nyata sebagaimana dimaksudkan oleh kebenaran Firman Allah.



Hal ini memiliki kesesuaian dengan tujuan umum dalam segala pengajaran yaitu: perubahan dari tidak mengetahui menjadi mengetahui, perubahan dari tidak bermotivasi menjadi memiliki motivasi dan perubahan dari tidak terampil menjadi terampil, perubahan dari buruk menjadi baik, perubahan dari jahat menjadi pelaku kebenaran, dll.
Tujuan pendidikan gerejawi mencakup seumur hidup manusia.Menjadi serupa dengan Kristus adalah proses perubahan yang akan berlangsung terus menerus seumur hidup. Dengan demikian, tujuan pengajaran di Sekolah Minggu dimaksudkan untuk meletakan dasar iman/rohani dalam kehidupan anak dan membimbingnya untuk:
-     Mengenal Allah yang benar, yang hidup, dan yang menyelamatkan.
-     Mengasihi Dia dengan segenap hati, pikiran dan kekuatan .
-     Mengasihi sesamanya seperti mengasihi diri sendiri.
-     Melakukan Firman Allah dengan sungguh-sungguh dalam setiap aspek kehidupan.
Tujuan Allah untuk menjadikan manusia serupa dengan gambaran Anak-Nya menuntut penggambaran yang benar mengenai Allah, yang kemudian harus mewarnai semua tujuan yang dirumuskan di dalam setiap pelajaran yang diajarkan kepada anak.
2.       Tujuan Pembelajaran/Kurikuler
Tujuan umum sebagaimana diuraikan di atas, diterjemahkan ke dalam tujuan pembelajaran atau tujuan kurikuler. Dalam tujuan kurikuler dirumuskan apa yang dapat dicapai oleh anak dalam satu jangka waktu tertentu, misalnya dalam satu tahun atau satu semester, atau satu triwulan. Tujuan kurikuler berhubungan dengan umur anak.Di antara seorang anak yang berumur tiga tahun dan seorang anak yang berumur enam tahun, perbedaan umurnya sedikit, namun perbedaan dalam perbendaharaan kata, daya tangkap dan daya belajar cukup besar. Jadi tujuan kurikuler menggariskan apa yang dapat dicapai oleh seorang anak pada waktu dan dalam umur tertentu.
3.       Tujuan Khusus
Tujuan umum dan tujuan kurikuler ini selanjutnya diperinci ke dalam tujuan khusus, yang dalam pelajaran formal disebut “Tujuan Instruksional Khusus” (TIK). Dalam satu jam pelajaran hanya ada satu langkah saja yang dapat diambil. Tujuan khusus atau TIK merumuskan apa yang diharapkan dicapai oleh anak melalui pelajaran itu. Tujuan itu dapat dikembangkan dalam tiga bagian yaitu:
a.       Asah = Pengetahuan baru (kognitif)
Pengetahuan baru berhubungan dengan kebenaran Firman Allah ke alam pikiran dan mental anak didik.Jika anak diajar sesuai dengan umur mereka, tiap pelajaran dapat membawa pengetahuan baru.Cerita yang telah disampaikan kepada anak kecil, jikalau diceritakan lagi kepada anak besar, harus disampaikan dengan informasi yang lebih luas sehingga ada pengetahuan baru yang membuat mereka tidak bosan.Pengetahuan baru itu dapat menggerakan hati anak, sehingga tercipta satu kerinduan untuk menimbulkan sikap dan tindakan baru.



b.       Asuh = Sikap baru (afektif)
Kebenaran Firman Allah dibawa masuk ke dalam bathin anak (rema=lewat pengasuhan) yang pada gilirannya akan menghasilkan perubahan sikap. Sikap yang baru berkaitan dengan hati.Hati adalah pusat segala eksistensi dan mencakup alam perasaan, motivasi dan kehendak.Jika perasaan disentuh, maka motivasi dapat dibangunkan dan kehendak digerakan.Perasaan kagum, heran, terpesona, terima kasih, hormat, takut, sedih, menyesal dsb.merupakan perasaan “stimulasi” yang dapat menghasilkan sikap dan motivasi baru untuk berbuat sesuatu sesuai dengan firman yang disampaikan dalam pengajaran.
c.       Asih = Tindakan baru (psikomotorik)
Pada bagian ini anak dibimbing dan didorong untuk mengambil komitmen atau tekad atau janji untuk melakukan apa yang diperintahkan/diajarkan oleh Firman Allah. Anak dapat dibimbing untuk mewujudkan sikap baru dalam tindakan baru.Apa yang dimengerti dengan pikiran dan dirasakan dalam hati sekarang perlu diwujudkan dalam tindakan kasih terhadap Allah dan sesama. Dalam hal ini anak dibawa kepada perubahan menuju menjadi serupa dengan Kristus.
4.        Manfaatnya
            Tujuan yang dirumuskan dalam tiga bagian itu berfungsi untuk menentukan seleksi bahan, menentukan pilihan  nyanyian dan ayat hafalan, menentukan media mengajar, menentukan aktivitas dan kegiatan, serta menentukan evaluasi. Yang mesti diingat ialah tujuan harus memberi ruang gerak yang wajar.Jika satu tujuan kurang terperinci, arah pelajaran menjadi kabur.Sebaliknya, jika satu tujuan terlalu terperinci dapat mengahalangi kreativitas guru dan anak.Selain itu, yang teramat penting ialah tujuan harus realistis dan dapat dicapai.
Selanjunya, dalam mengajarkan Firman Allah dengan benar, GSM harus melakukan persiapan yang sungguh-sungguh dan terencana. Persiapan ini meliputi :
1.       Persiapan diri dan perlengkapan mengajar
Untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam tiap jam pelajaran, guru harus sudah menyiapkan diri secara lahir dan bathin, yang meliputi kesehatan fisik, kesehatan emosi, kesehatan spiritual, dan  kesiapan pengetahuan dengan mempelajari Firman Tuhan, menyelidiki latar belakang cerita dan membaca bahan cerita itu dengan baik. Untuk yang terakhir ini bisa dilakukan bersama-sama dalam kegiatan persiapan mengajar pada saat Sermon, khususnya pada bagian penelaahan Alkitab.Setelah menemukan tujuan itu, GSM mesti memahami tujuan untuk dirinya sendiri, memahami tujuan dan aplikasi kepada muridnya.Setelah itu, barulah menentukan perlengkapan yang mesti dipersiapkan dalam pencapaian tujuan itu.
2.        Tim Kreatif
Perlu ada sebuah tim kreatif yang mampu dan mau mengembangkan apa yang dimiliki menuju pembaharuan yang sempurna. Mereka bertindak sebagai kumpulan orang-orang yang selalu berupaya mengembangkan inovasi-inovasi baru dan kreatifitas dalam organisasi. Mereka tidak harus selalu profesional tetapi yang pasti memiliki semangat kerja yang tinggi, semangat belajar yang tinggi, dan selalu tidak puas dengan apa yang ada, dan berkeinginan untuk terus menerus memperbaharui diri menuju kebaikan yang memuliakan.


Dalam Komisi Anak yang memiliki pelayanan khsusus kepada sekolah minggu, tim kreatif itu bisa dibagi ke dalam beberapa divisi. Contoh: Divisi alat peraga, divisi pujian, divisi aktivitas, divisi cerita, dsb. Karya-karya mereka dapat menjadi berkat yang besar bagi pengembangan sekolah minggu.Karya-karya itu dapat difile dengan rapi dengan klasifikasi tertentu dan disimpan dalam bengkel aktivitas dan alat peraga untuk sewaktu-waktu digunakan.
3.        Bengkel Aktivitas dan Alat peraga
Bengkel Aktivitas dan alat peraga ini adalah tempat di mana tim kreatif dan seluruh GSM bekerja. Di dalamnya mesti tersedia alat-alat yang bisa digunakan untuk menyusun, membuat, mempraktekkan karya dari masing-masing divisi.

Mengajarkan Firman Allah secara Kreatif
Pengertian “mengajar dengan Kreatif” adalah suatu pola penyampaian pelajaran yang mampu menggabungkan tehnik bercerita, penyusunan acara dan penggunaan alat peraga yang tepat sehingga anak didik tertarik/antusias dan dapat lebih mudah mengerti/memahami kebenaran yang diajarkan.Selain itu, kreasi ini membuat suasana penuh ceria, semangat dan hidup. Terkait dengan hal ini, hasil penelitian menunjukkan bahwa:
-      20% anak lebih cepat memahami sesuatu dengan mendengar
-      50% anak lebh cepat dengan mendengar dan melihat
-      70% anak lebih cepat mendengar melihat dan mengulangi
-      90% anak lebih cepat mendengar melihat mengulangi dan melakukan
Ada beberapa kreasi yang dapat dibuat agar sekolah minggu menarik dan tujuan pembelajaran tercapai, yaitu :
1.       Kreasi Dalam Pujian
Dari hasil pengamatan, 90% guru tidak secara khusus menyiapkan pujian.Mereka menganggap asal anak menyanyi saja, itu sudah cukup.Apalgi jika anak-anak menyanyi dengan keras, guru sudah merasa puas sehingga pujian biasanya tidak dipersiapkan secara serius.Pendapat ini tidak benar pujian yang dipersiapkan dengan matang sangat penting dalam suatu ibadah.Pujian menjadi menarik sebab dikemas dalam kreasi penyajian yang menarik.
Kreasi pujian ini meliputi :Kreasi permainan sederhana yaitu kreasi yang dilakukan dengan permainan sederhana. Contoh: gembala mencari domba yang hilang, siapa yang memegang saputangan, siap.. Grak, Awas, Iblis musuh kita! Kreasi simulasi suatu ajaran, kreasi ini dilakukan dengan membuat suatu simulasi atau aktivitas menarik yang memperjelas tujuan dari pujian tersebut. Contoh: Putih-Hitam-Kuning-Merah, Awas Iblis musuh kita. Kreasi gerak, lagu di nyanyikan sambil melakuakn gerakan yang sesuai dengan isi teks lagunya.Kreasi tepuk tangan, cepat lambatnya dan keras-lembutnya tepuk tangan dapat diatur dan dikreasi sedemikian, sehingga menghasilkan suasana pujian yang menarik. Contoh: Gembala mencari domba yang hilang. Kreasi olah vokal, keras lembutnya lagu dapat diatur sedemikian, sehingga akan menghasilkan suasana yang menarik. Kreasi lagu untuk ayat hafalan, menghafal ayat hafalan dengan cara mengemasnya dalam kreasi lagu. Contoh: Aku Anak Raja.




2.       Kreasi doa yang menarik.
Guru membisikkan doa pada satu anak, sebagai batu loncatan, agar anak-anak tidak takut untuk maju dan berdoa. Dengan teks lagu, teknik ini akan memudahkan dan sangat menolong anak yang sedang belajar berdoa. Jika ia sudah hafal suatu teks lagu, ia boleh langsung memimpin doa tanpa teks. Sikap doa, variasikan sikap berdoa, misalnya : dengan berlutut, berpegangan tangan, atau dengan kedua tangan diangkat terbuka. Dengan pengajaran ini, anak diajar bahwa doa yang sungguh-sungguh sangat disukai Tuhan. Doa berantai, anak diajar mendoakan orang lain. Doa satu kalimat, metode ini melatih anak-anak untuk berani berdoa walaupun hanya satu kalimat. Doa tematis, doa dengan memakai tema yang berbeda setiap minggu. Contoh: Keluarga, Sekolah, Teman-teman, Gereja dll. Doa kelompok. Menhafal teks doa.

3.       Kreasi Acara Istimewa
Salah satu daya tarik sebuah acara adalah judul dari acara hari itu. Pada intinya, kreasi berikut memberi contoh judul-judul acara yang menarik, yang diharapkan akan membuat anak-anak tertarik untuk hadir. Ingat, untuk setiap minggu cukup memilih satu judul saja.Umumkan judul acara tersebut 1-2 minggu sebelumnya.Bila perlu, tulislah judul tersebut di papan pengumuman atau di kartu undangan SM. Buatlah judul ini tetap menjadi rahasia, sehingga menarik minat anak untuk menyaksikan seperti apakah acara yang sesungguhnya.

4.       Kreasi Cerita yang Menarik
Pertama adalah trik membuat anak-anak tenang selama cerita, antara lain :Simulasi kunci mulut, Ikrar bersama,Lomba: pendengar setia,Kuis: cobalah tebak, Mendekati anak gelisah,Gerakan/ tindakan/ kata singkat penarik perhatian. Kedua adalah metodeguru bercerita, antara lain:  Kreasi kejutan di awal cerita,Kreasi alur cerita,Kreasi alat peraga”. Ketiga adalah metode anak kreatif, antara lain :Kreasi “anak terlibat langsung”, Kreasi “acara kelompok”,Kreasi “diskusi kelompak”. Keempat adalah pengunaan sarana modern, antara lain :Dengan Vidio, Film, Slide, Tape & Overhead Projector, LCD.

5.       . Kreasi mengajarkan ayat hafalan yang menarik
Menulis di papan dan menghapus satu persatu, setiap kata ditulis dalam satu gambar atau benda yang menarik, lomba kelompok, mencari urutan kata yang tepat, kreasi permainan; misalnya kata-katanya ditempel di bawah kursi.

6.       Kreasi aktivitas yang menarik
Salah satu acara yang disukai anak-anak adalah aktivitas.Pada saat ini anak dapat mengekspresikan pemikiran, ide, dan kemampuannya.Untuk anak kelas kecil, aktivitas lazimnya diisi dengan kegiatan mewarnai gambar.Pada kelas sedang dan besar seringkali anak diminta membuat “hasta karya”, misal berupa memotong dan mempelajari gambar, membuat slip Alkitab atau menulis ayat hafalan.Contoh : Kreasi Kelompok, Cerita dengan kreasi bersama, Surat buat Yesus , Aktivitas untuk orang lain dan Buku aktivitas.

7.       Kreasi Persembahan yang menarik
Hampir selalu persembahan ini dilakukan dengan “biasa saja”.Sebenarnya ada beberapa teknik dapat dibuat agar acara ini berkesan.Misalnya, lomba cerdas tangkas atau kuis Alkitab.




Bagi murid yang bisa menjawab diberi kepercayaan untuk menjalankan kantong persembahan sambil dijelaskan arti dan makna menjalankan kantong persembahan sebagai kehormatan, yakni pelayan Tuhan. Selain itu, maju ke depan untuk mengantar persembahan dengan iringan tarian, entah oleh kelompok bersama guru atau seluruh anak bersama gurunya, dll.

8.       Kreasi Acara Penutup
Acara sesudah cerita dan aktivitas biasanya kurang dipikirkan bahkan sering ditutup begitu saja tanpa kesan. Sebenarnya banyak acara singkat yang menarik yang dapat dibuat, seperti : Ikrar bersama mengucapkan satu ayat atau mengikrarkan 1kKalimat secara serempak, Ikatan persaudaraan anak-anak diberi slip Alkitab kemudian mereka menyanyikan satu lagu sambil menukarkan slip Alkitab, membuat drama singkat yang berisi nasehat, membuat bebera pasang telapak kaki sambil guru memberikan penjelasan “salam Kasih ”, meminta anak bersalaman satu dengan yang lainya, dll.

9.       Kreasi Tempat yang menarik
Salah satu hal yang dapat mempengaruhi suasana kelas adalah pengaturan tempat atau pengaturan kelas. Dengan hanya mengubah Formasi/posisi duduk dan mebuat suasana kelas sekolah minggu menjadi berbeda, misalnya Melingkar, Formasi U, Formasi Kotak, Formasi Baris, Formasi V, Formasi lajur (hanya untuk acara Khusus), Formasi setengah lingkaran, Formasi kelompok besar dan kecil, Duduk di kursi, duduk di tikar, Dengan dekorasi, dll.

10.   Kreasi “Pengumuman ” yang menarik
Kita bisa membuat beberapa kresi sederhana agar pengumuman mejadi saat yang sangat menarik, misalnya: “warta berita, guru seolah-olah jadi penyair berita, “tamu khusus” berlagaklah seorang tamu yang baru datang, mengetuk pintu dan memberikan penggumuman, satu anak membaca pengumuman”, “kejutan.

Penutup
Amanat Agung Tuhan Yesus, “…. Pergilah ke seluruh dunia! Jadikanlah semua bangsa murid-Ku …. dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu ….” (Matius 28:19-20) . Perintah Tuhan Yesus ini ditujukan kepada semua orang percaya (Gereja yang kudus dan am). Perintah ini dimaksudkan untuk menjangkau/meraih dan membimbing setiap orang untuk mengenal kebenaran bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat Dunia, termasuk di dalamnya menjangkau dan membimbing anak-anak.Semasa hidup di dunia, Tuhan Yesus dalam beberapa kesempatan menunjukkan perhatian-Nya kepada anak-anak.ketika orang-orang dewasa menganggap sepele kehadiran anak kecil, Tuhan Yesus justru meluangkan waktu bersama dengan mereka (Markus 10:13-16).  Bahkan, Tuhan Yesus memberikan peringatan yang cukup keras pada orang dewasa untuk memperhatikan pengajarannya pada anak kecil.“Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepadaKu, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut.” (Markus 9:42).
-----------------

DIPANGGIL
UNTUK MELAYANI ALLAH
Disajikan oleh : Pdt. Ramli Sianturi, MTh


Pengantar

Panggilan dalam arti modern untuk suatu pekerjaan, tidak terdapat dalam PB.Pengertian itu dikembangkan oleh Luther dan Calvin pada abad ke-16, dalam serangan mereka atas Katolikisme Roma, yang menganggap panggilan itu hanya untuk memasuki suatu ordo keagamaan.Dalam PB orang dipanggil untuk suatu kehidupan baru dalam Kristus (1Kor. 1:26) dan para rasul mempunyai panggilan untuk menguatkan mereka (1Kor. 1:1). 2) sebagai bagian dari tindakan penebusan-Nya. Allah 'memanggil' Israel (Yes. 49:1) dan individu-individu (Yes. 41:25). Panggilan itu kadang-kadang untuk suatu pekerjaan baru dan tak terduga, karena itu diberikan nama yang tak terduga (Luk. 1:59-63), atau nama baru (Yoh. 1:42). Panggilan Allah kepada manusia terus berlanjut dalam jemaat rasuli (Gal. 1:15).Meskipun semua orang dipanggil dalam kesetaraan untuk bersama-sama ambil bagian dalam kehidupan Kristen, namun beberapa di antaranya dipanggil untuk maksud-maksud tertentu, seperti pada kasus *Matias (Kis. 1:24) dan Paulus (Gal. 1:15).Sejak Reformasi, Martin Luther, dan banyak orang lain, telah menegakkan doktrin yang tinggi mengenai suatu pekerjaan sekuler sebagai panggilan seseorang.Namun, arti panggilan seperti ini tidak dikenal dalam PB.
Dalam PL dan PB kata ini muncul kr 700 kali sebagai kata kerja, kata benda atau kata sifat. Akar kata Ibrani ialah qr; kata Yunani kalein (dgn kata-kata gabungannya dan kata jadiannya kletos, 'dipanggil' dan klesis, panggilan), legein dan fonein.Istilah atau sebutan-sebutan tersebut utamanya hendak menjelaskan bahwa Allah adalah pelaku yang memanggil bagi maksud dan tujuan-Nya sendiri.Dengan demikian    istilah “panggilan”mengungkapkan arti teologisnya, yaitu dipanggilan untuk melayani Allah dalam suatu fungsi dan bagi suatu tujuan khusus (1 Sam 3:4; Yes 49:1).
DIPANGGIL UNTUK MELAYANI ALLAH

Matius 20:28 mengatakan, “Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani  dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” Kehadiran Yesus di dunia semata-mata untuk melayani dan menjadi pelayan bagi manusia (Mat. 20:28; Luk. 22:27).Pelayanan terbesar yang Yesus lakukan bagi manusia adalah mengorbankan nyawa-Nya agar dunia diselamatkan. Karena itu, sebagai orang-orang yang telah diselamatkan, setiap orang percaya kepada Kristus terpanggil melayani seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah (1 Petrus 4:10). Ketika Tuhan memanggil orang-orang pilihanNya, Ia tidak memanggil mereka untuk menganggur, melainkan untuk melayani Allah yang hidup. Itu adalah amanat bagi setiap orang percaya.Ada pun bentuk panggilan untuk melayani di dunia ini ada dua jenis, yaitu panggilan umum dan panggilan khusus. Panggilan umum adalah melakukan tugas yang telah Tuhan berikan kepada kita dalam kehidupan sehari-hari dengan meneladani kehidupan Kristus selama hidup-Nya di dunia (1 Yoh.2:6). Sementara panggilan khusus adalah pelayanan dalam bidang yang khusus dan tujuan yang khusus, seperti pendeta, majelis jemaat, guru sekolah minggu, pelayan kategorial dan fungsional, dll.Dengan ini, motif yang benar-benar suci sangatlah penting dalam melaksanakan pelayanan bagi Tuhan.

Dasar Panggilan Untuk Melayani
1. Kita diciptakan untuk melayani Allah.
Alkitab berkata: Allah membentuk kita supaya kita melakukan hal-hal yang baik yang sudah dipersiapkan Allah untuk kita (Ef.2:10). Hal-hal yang baik inilah pelayanan kita.Kapanpun kita melakukan hal yang baik terhadap orang lain, asalkan kita melakukannya untuk Tuhan, kita sebenarnya sedang melayani Allah (Kol. 3:23; Mat. 25:40; 45).Terlebih untuk pelayanan khusus, seperti menggembalakan jemaat, mengabarkan Injil, mengajar Sekolah Minggu, dll.
2. Kita diselamatkan untuk melayani Allah.
Allah menebus kita untuk menikmati kasih karunia-Nya dan  melakukan pekerjaan kudus-Nya.Kita tidak diselamatkan oleh pelayanan, melainkan diselamatkan untuk melayani Allah.Dalam  kerajaan Allah, kita memiliki sebuah tempat, sebuah tujuan, sebuah peran, sebuah fungsi untuk dilaksanakan. Hal ini memberi arti dan nilai yang luar biasa kepada kehidupan kita.Yesus harus mengorbankan nyawaNya sendiri untuk membeli keselamatan kita. Kita tidak melayani Allah karena rasa bersalah atau ketakutan atau bahkan kewajiban, tetapi karena sukacita dan ucapan syukur yang dalam atas apa yang telah Dia kerjakan bagi kita. Kita berhutang nyawa kepadaNya (1Kor. 6:20). Melalui keselamatan, masa lalu kita telah diampuni, masa kini kita diberi makna, dan masa depan kita dijamin.
Istilah lain dalam bahasa inggris untuk melayani Allah yang sering disalah-mengerti oleh banyak orang adalah ministry (pelayanan sebagai gembala/pendeta). Ketika sebagian orang mendengar kata “pelayanan” mereka berpikir tentang gembala, pendeta, dan rohaniwan profesional, tetapi Allah berkata setiap anggota keluarga-Nya merupakan seorang pelayan (minister).Di dalam Alkitab, kata hamba (servant) dan pelayanan (minister) adalah sinonim, seperti halnya service dan ministry.
3. Kita dipanggil untuk melayani Allah.
Ketika bertumbuh, kita mungkin mengira bahwa “dipanggil” oleh Allah merupakan sesuatu yang hanya dialami oleh para misionaris, gembala, dan pekerja gereja purna waktu lainnya, tetapi Alkitab berkata bahwa semua orang percaya dipanggil untuk melayaniAllah. Panggilan kita untuk keselamatan meliputi panggilan untuk melayani. Keduanya sama. Tidak peduli apa pekerjaan atau karier kita, kita dipanggil untuk pelayanan kristiani purna waktu.
Seorang kristen yang tidak melayani merupakan sebuah pernyataan yang bertentangan. Setiap kali kita memakai kemampuan-kemampuan yang diberikan Allah untuk menolong orang lain, kita sedang memenuhi panggilan kita.
4. Kita diperintahkan untuk melayani Allah.
Bagi orang-orang orang percaya, pelayanan bukanlah pilihan, sesuatu untuk dimasukkan ke dalam jadwal kita jika kita bisa menyediakan waktu.Pelayanan adalah inti kehidupan Kristen.Yesus datang untuk melayani dan untuk memberi.Dan kedua kata kerja tersebut seharusnya juga menjadi ciri kehidupan kita di dunia.Kita seharusnya menjadi bagian dari solusi, bukan masalah. Perintah-Nya adalah:
“Pergilah ke seluruh dunia .......” (Matius 28:18-19) dan “Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, ........tetapi dengan pengabdian diri” (I Petrus 5:2a)

Motivasi Dalam Melayani Allah
1. Tergerak Oleh Ketaatan
Di dalam kitab Ulangan 13:4, nabi Musa menulis, “Tuhan, Allahmu, harus kamu ikuti, kamu harus takut akan Dia, kamu harus berpegang pada perintahNya, suaraNya harus kamu dengarkan, kepadaNya kamu harus berbakti dan berpaut.”Ayat tersebut berkaitan dengan kepatuhan kepada Allah.Di tengah rangkaian kata-kata yang memerintahkan agar kita patuh kepadaNya, terdapat perintah “kepadaNya harus kamu berbakti”.Berbakti kepadaNya berarti mengabdi kepadaNya dan melayani Dia. Ya, kita harus melayani Dia karena kita mau mematuhi Dia.Jika kita tidak melayani Tuhan, itu berarti tidak mematuhi Dia. Jadi, tidak melayani Tuhan adalah suatu dosa.
2. Tergerak Oleh Hati yang Bersyukur
Dengan memberikan diriNya sendiri sebagai korban penebusan dosa kita, Tuhan Yesus sudah melakukan sesuatu yang terbesar bagi kita.Tidak ada pemberian yang lebih besar daripada itu. Tidakkah kita menyadari bahwa tidak ada yang lebih besar yang dapat ia perbuat bagi kita daripada memberikan diri-Nya bagi keselamatan kita? Jika kita menyadari dengan sungguh bahwa hidup kita saat ini adalah anugerah Tuhan, maka kita akan mengabdikan seluruh hidup kepada Tuhan.Kita  akan melayani Tuhan seumur hidup  meskipun kita tahu bahwa kita tidak akan pernah bisa membalas anugerah Tuhan yang besar itu. Kalau kita sebagai hambanya tidak dapat melayani Dia dengan penuh rasa terima kasih, apa yang dapat membuat kita berterima kasih kepadaNya?
3. Digerakkan Oleh Kasih
Menurut Galatia 5:13, pelayanan harus dilakukan atas dasar kasih. Tidak ada “bensin” yang lebih baik untuk menggerakkan kita melayani dan memberi semangat selain kasih.Dalam pelayanan kita kepada Tuhan, kita melayani-Nya bukan demi memperoleh keuntungan/uang, tetapi atas dasar kasih kepada Tuhan dan kepada sesama.Melayani Tuhan bukanlah persoalan suka atau tidak suka.Kita diberi amanat, “pergilah!” maka kita pergi.Kasih Yesuslah yang mendesak kita pergi melayani. Kalau orang-orang Kristen dipenuhi dengan kasih Yesus, mereka akan digerakkan pula oleh kasih Yesus. Hasilnya mereka “tidak lagi hidup untuk  dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka” (2 korintus 5:14-15). Mereka melayani Allah dan sesamanya atas dasar kasih Yesus.
“Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri” (I Petrus 5:2b)

Pola Melayani Allah
1.       Pola Kerendahan Hati
Yesus adalah hamba yang sempurna.Kebesaran-Nya terlihat dari kesediaan-Nya merendahkan diri, melayani kedua belas murid-murid-Nya.Sungguh, suatu kerendahan hati yang mencengangkan. Yesus, Tuhan dan Guru dari murid-murid itu, bersedia mencuci kaki mereka untuk memberi  contoh bagaimana murid-muridnya harus melayani dengan kerendahan hati (Yoh. 13). Dalam kehidupan ini selalu ada kecenderungan dalam diri kita (Alkitab menyebutnya sebagai “kedagingan”) untuk berpikir dan berharap mendapat imbalan, atau pujian, atau keuntungan bagi diri sendiri.

Tentunya ini bukanlah pelayanan yang Kristus maksudkan, melainkan pelayanan untuk diri sendiri. Ini adalah godaan yang membahayakan pelayanan kita. Karena itu, dengan kuasa Roh Kudus, kita harus menolak pelayanan yang bermotivasi mementingkan diri sendiri. Itu adalah motivasi yang bertentangan dengan pola Yesus, yaitu mengosongkan diri-Nya sendiri, merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati di kayu salib (Filipi 2:1-11). Kerendahan hati kita dalam melayani Tuhan haruslah tulus, yaitu, “menganggap yang lain lebih utama daripada dirinya sendiri” (Filipi 2:3). Orang Kristen seharusnya melayani dengan rendah hati karena hal itu membuat dirnya menjadi semakin seperti Yesus.


2.       Pola Sukacita
Melayani Tuhan tidak pantas dilakukan dengan hati yang mengomel atau kecut.Kita harus melakukannya dengan sukacita. Pada zaman  dahulu kala, hamba-hamba raja sering dijatuhi hukuman mati hanya karena bermuka muram sewaktu melayani sang raja. Ada sesuatu yang tidak beres pada diri kita kalau tidak dapat melayani Tuhan dengan sukacita. Kalau kita melayani Tuhan hanya karena  merasa itu sudah kewajiban, tidaklah aneh kalau kita tidak dapat melayani Dia dengan sukacita. Kalau kita melayani Tuhan hanya karena ingin masuk surga, tidaklah aneh kalau Anda tidak dapat melayani Dia dengan sukacita. Sebaliknya orang percaya yang berterima kasih atas apa yang telah Tuhan lakukan baginya akan dapat melayani Tuhan dengan sukacita dan sukarela. Pola sukacita ini bersumber dari pengalaman iman dan syukur atas perbuatan-perbuatan Allah di dalam Yesus Kristus yang telah menyelamatkan dan menghantar kita kepada kehidupan yang kekal serta memanggil kita menjadi rekan sekerja-Nya bagi pelayanan kerajaan-Nya di dunia ini. Karena itu,
“Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan” (Rom 12:11).
“Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri” (I Petrus 5:2c)
3.       Pola Keteladanan
Pola keteladanan ini bersumber dari keteladanan Yesus dalam melayankan berita Kerajaan Allah.Ia tidak hanya mengajarkan prinsip-prinsip kebenaran, tetapi secara nyata menghidupi dan mempraktekkan setiap kebenaran itu dalam seluruh hidup dan perbuatan-Nya. Inilah yang membuat pelayanan-Nya membawa dampak dan hasil yang ajaib dan membahagiakan bagi manusia, terlebih memuliakan Allah Bapa-Nya. Terdengarlah suara Allah : “Inilah Anak yang Kukasihi! Kepada-Nyalah Aku berkenan” Demikian pun dengan kita para duta-duta-Nya.Keteladanan hidup kita menjadi legitimasi dari pelayanan kita, sekaligus menjadi meterai oleh Roh Kudus bagi kuasa yang mengalir melalui pelayanan tersebut.Bahkan keteladanan hidup di dalam Kristus menjadi pola pelayanan yang paling efektif dan menakjubkan bagi hasil dan jangkauannya.

“Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu” (I Petrus 5:3)














SETIAP ORANG PERCAYA
MEMPUNYAI KARUNIA UNTUK MELAYANI

Karunia-karunia Roh menunjukkan peran-peran kita dalam pelayanan.Semua manusia dilahirkan dengan bakat dan talenta tertentu, namun hanya orang percaya yang diberikan karunia-karunia Roh.Karunia-karunia Roh dianugerahkan kepada kita ketika kita dilahirkan kembali dan menjadi bagian dari tubuh Kristus (gereja lokal).Anggota-anggota tubuh Kristus, yaitu jemaat diperlengkap dalam tubuh Kristus untuk melayani dengan bakat, talenta, dan karunia-karunia yang mereka miliki.
Dalam 1 korintus 12:4, 11, disebutkan bahwa ada bermacam-macam karunia, dan bahwa Roh Kuduslah yang akan menentukan karunia mana yang akan diberikanNya kepada kita. Dan tujuan diberikannya karunia itu adalah untuk melayani (Li. I Petrus 4:10). Apa pun pandangan teologi kita tentang karunia Roh, yang pasti ada dua hal penting yang terungkap dalam firman Tuhan ini yaitu: (1) Kalau kita adalah orang percaya, maka  kita mempunyai karunia Roh; (2) Tujuan Allah memberi karunia itu kepada kita adalah untuk melayani kehendak-Nya.
Banyak orang Kristen yang sudah lama melayani Allah dengan setia, tidak mengetahui dengan pasti karunia apa yang sudah Tuhan berikan kepada mereka. Kenyataan ini tidak bermaksud mengatakan bahwa kita tidak perlu mencoba mencaritahu karunia apa yang kita miliki, tetapi hal ini hendak mengatakan bahwa sekalipun kita tidak dapat mengatakan dengan pasti karunia apa yang ada pada kita, keselamatan yang sudah kita peroleh tidak dibatalkan.
Cara untuk mencaritahu karunia apa yang ada pada kita adalah melayani Tuhan, dan menemukan di bidang mana kita sangat antusias dan menikmati melakukannya. Seandainya kita mempunyai karunia untuk mengajar, kita tidak akan betul-betul mengetahui bahwa kita memiliki karunia mengajar kalau kita tidak mau mulai mencoba mengajar. Melalui pelayanan kepada orang-orang yang sedang berada dalam kesusahan dan yang sedang terluka hatinya, kita mungkin saja mendapati bahwa kita mempunyai karunia belas kasihan.
Bertolak dari keterangan di atas, kita harus mendisiplinkan diri untuk melayani di dalam gereja. Kita tidak harus melayani dalam bidang yang menonjol.Kita tidak harus mempunyai kedudukan yang tinggi. Seseorang yang mempunyai  hati seorang hamba akan mendapati dirinya digerakkan oleh kasih Yesus sehingga ia rela melayani sekalipun di luar jam kerja/jam pelayanan yang sudah ditentukan. Orang-orang yang tidak dapat melayani sebagaimana yang mereka kehendaki, yang terhalang oleh keadaan fisiknya, biasanya dapat menjadi pendoa syafaat yang kuat.Tuhan memberi kita karunia Roh supaya kita memakainya untuk melayani.

PENUTUP
1.       Tuhan memilih dan memanggil kita sebagai utusan-Nya, sebagai Rekan Sekerja-Nya untuk melayankan kehendakNya. Karena itu, panggilan ini adalah Suci dan Kehormatan. Tuhan tidak melihat kita dari kepandaian, kesuksesan, kekayaan, popularitas, ketampanan. Tuhan melihat kita dari ketulusan hati dan penyerahan diri kita yang total.
2.       Tuhan telah memilih kita sesuai dengan panggilan pelayanan masing-masing: Ada sebagai pendeta, sebagai diaken, sebagai guru sekolah minggu, sebagai pemusik, dan bahkan ada yang bertugas mengatur dan membersihkan kursi-kursi. Semuanya itu hendaknya dilakukan dengan tulus untuk Tuhan, dan bukan hanya buat manusia saja.
3.       Pekerjaan atau pelayanan apapun yang sudah Tuhan taruh dalam hidup kita, hendaknya dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan  penuh sukacita, bukan dengan berbantah-bantahan ataupun bersungut-sungut, agar hidup kita dapat bercahaya dalam kegelapan dunia.
4.       Pentingnya memiliki hati seorang hamba atau gembala, dengan meneladani Tuhan Yesus yang adalah hamba dan gembala yang agung.
5.       Jika kita melakukan segala pelayanan kita dengan kerendahan hati dan dengan sukacita maka akan membuahkan hasil yang ajaib dan manis.
----------------

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Proposal Skripsi

“TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGAJARAN ALLAH TRITUNGGAL MENURUT ERASTUS SABDONO”

Ajaran Sesat