MANUSIA CIPTAAN DAN GAMBAR ALLAH

MANUSIA CIPTAAN DAN GAMBAR ALLAH (004)

Dalam Kej. 2: 7 menerangkan bahwa TUHAN Allah membentuk manusia dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya, demikianlah manusia menjadi makhluk yang hidup. 

Ayat ini dengan jelas menunjukkan bahwa manusia bukanlah berada dengan sendirinya, melainkan bahwa ada yang menciptakannya, yaitu Tuhan Allah sendiri. Tuhan Allah lah yang menciptakan manusia, yang semula belum ada, sehingga menjadi ada. Adanya manusia karena kehendak Allah (Kej. 1: 26) Hadiwijono mengatakan bahwa ayat tersebut menyebutkan keputusan Tuhan Allah untuk menciptakan manusia. Manusia bukanlah keturunan Tuhan Allah, ia juga bukan mengalir keluar daripada Allah, tetapi ia diciptakan oleh Allah.

Dalam Kej 1: 26 dengan jelas kita mengetahui bahwa cara Allah menciptakan atau menjadikan manusia berbeda sekali dengan caranya Ia menciptakan makhluk-makhluk yang lainnya. Manusia dijadikan Tuhan Allah menurut gambar Allah (Kej. 1: 27) berarti manusia itu sempurna seperti Allah, namun ditempatkan dibawah-Nya. Maksudnya ialah manusia sebagai makhluk ciptaan, manusia adalah hasil karya Allah, yang keadaannya berlainan sekali dengan Tuhan Allah yang menciptakannya. Allah menciptakan manusia menurut keputusan kehendak-Nya yang bebas. 

Teori evolusi menurut Darwin tidak memiliki kebenaran. Teori evolusi dalam penciptaan manusia menjadi gagal. Lebih menarik dan boleh kita katakan ini sebuah lelucon yakni banyak cerita yang sering kita dengar dalam dunia ciptaan dan manusia. Ada yang mengatakan bahwa manusia adalah keturunan para dewa. Cerita dongeng ini terdapat hampir setiap daerah di Indonesia. Bahkan di Timur Dekat Kuno mempercayai bahwa manusia diciptakan oleh dewa yang konon katanya dari pembuluh darah dewa Kingu. 

Dengan terang dan tegas kita mengakui bahwa kita manusia diciptakan langsung oleh Tuhan Allah sendiri dengan tangan-Nya. Kata debu dan tanah memiliki arti terjemahan, yang dalam Alkitab sering digunakan kata "daging" atau "basar" untuk menyebut tubuh manusia. Maka jelas bahwa hanya Alkitab yang memberikan kesaksian secara utuh dan benar bahwa manusia dijadikan Tuhan Allah dari debu dan tanah. Ini kebenaran yang absolut.

Pandangan gambar Allah menurut para ahli 

1. Marthen Luther: berpendapat bahwa yang menjadi gambar Allah yang hakiki dan yang substansial adalah Tuhan Yesus Kristus. Manusia memiliki gambar Allah bukan secara hakiki. Oleh karena itu gambar Allah pada manusia dapat hilang. Gambar Allah pada manusia terdiri dari pengetahuan akan Allah, kebenaran, dan kekudusan, yang setelah manusia jatuh ke dalam dosa, hilang sama sekali. 

2. Teologi Calvinis: bahwa yang dimaksudkan dengan "gambar" (tselem) adalah hakekat manusia yang tidak dapat berubah, sedangkan yang dimaksud dengan "rupa" (demuth) adalah sifat manusia yang dapat berubah. Yang dimaksud dengan hakekat manusia yang tidak dapat berubah ialah bahwa manusia memiliki akal, kehendak, dan pribadi. Dengan melalui perkembangan manusia harus menjadi "serupa" dengan Tuhan Allah.

3. Dr. H. Bavinck: menyebut gambar Allah yang masih dimiliki manusia setelah ia jatuh ke dalam dosa itu "gambar Allah dalam arti yang lebih luas (Dr. Soedarmo menyebutnya "gambar Allah yang umum"), dan gambar Allah yang hilang karena dosa disebutnya "gambar Allah dalam arti yang lebih sempit" (Dr. Soedarmo menyebutnya "gambar Allah yang istimewa atau khusus"). Yang termasuk gambar Allah dalam arti yang lebih luas atau yang umum adalah: peri kemanusiaan, akal budi dan kehendak. Sedangkan yang termasuk gambar Allah dalam arti yang sempit adalah apa yang menjadikan manusia serupa dengan Allah yaitu: hikmat, Kebenaran dan kekudusan. Dengan ini manusia dapat bersekutu dengan Tuhan Allah.

4. Dr. E. Brunner: dalam pandangannya ia membedakan antara gambar Allah yang formal dan yang material. Gambar Allah yang formal adalah apa yang tidak dapat hilang pada manusia, yaitu perlengkapan manusia seperti yang tampak pada semua manusia, beriman maupun tidak, yang disebut humanitas, yang terdiri dari berada sebagai pribadi, menguasai makhluk lainnya dan memiliki kebebasan kehendak dalam arti moral. Gambar Allah yang material sekarang telah tidak dimiliki manusia lagi, yaitu konformitasnya dengan Allah.

Kita kembali pada Kej. 1: 27 menurut kesaksian Alkitab manusia diciptakan menurut gambar Allah. Maka berdasarkan ayat dan pandangan para ahli, kita menyimpulkan begini, ungkapan "gambar Allah" sebagai pengertian relasi. Manusia yang menurut gambar Allah adalah menjadi manusia yang hidup dalam hubungan dengan Allah. Abineno menjelaskan maksud hal ini adalah ungkapan untuk relasi khusus yang terdapat antara Allah dan manusia dalam pertemuan mereka. Dalam pertemuan itu Allah berkata-kata kepada manusia dan manusia memberikan jawaban kepada Allah. Jawaban itu dalam bentuk perkataan dan dalam bentuk perbuatan dan itu adalah jawaban yang bertanggung jawab. Manusia adalah makhluk yang memberikan jawaban kepada Allah dan yang bertanggung jawab atas jawabannya itu. 

Alasan mendasar gambar Allah menunjuk pada hubungan atau relasi manusia dengan Tuhan Allah karena pada hakikatnya manusia memiliki kehendak bebas sehingga manusia tidak bisa mempertahankan dirinya sebagai gambaran Allah yang sesungguhnya, manusia memilih merusak citra Allah dengan hidup memberontak terhadap Allah. Sehingga relasi manusia dengan Tuhan Allah menjadi putus. Gambar Allah itu memang telah rusak dan dihancurkan sebagian besar, tetapi belum hilang seluruhnya. Sisa-sisanya masih ada. Baan mengatakan masih ada percikan-percikan api dalam hubungan manusia dengan Allah sendiri. Setiap orang, betapapun ia memusuhi Allah dan berdosa terhadap-Nya, dan betapapun ia termasuk ke dalam golongan yang menyangkal keberadaan (suatu) Allah, mengetahui bahwa Allah itu ada. Hal ini disebut pengetahuan bawaan tentang Allah. Allah telah memahatkan pengetahuan ini di dalam jiwa manusia. 

Hal ini kemudian kita katakan bahwa gambar Allah memiliki makna panggilan dan pemberitaan yang ditujukan kepada hidup kita kini dan di sini. Supaya kita sungguh-sungguh hidup sesuai dengan kehendak Allah. Kita disuruh memandang kepada Kristus dan disuruh masuk kedalam persekutuan yang baru yang Kristus sendiri menjadi Kepalanya. Kita menjadi orang-orang beriman yang benar-benar menjadi suatu "ciptaan baru", yakni orang-orang yang diciptakan kembali sebagai manusia yang menurut gambar Allah. 

Hidup sebagai manusia yang menurut gambar Allah berarti hidup serta bekerja di tengah-tengah dunia dengan tetap setia kepada dunia ini (yang masih tetap dunia milik Tuhan), akan tetapi juga hidup di dalam kemerdekaan sesungguhnya sebagai anak-anak Allah, yang sudah memperoleh hubungan yang sebenarnya dengan Tuhan maupun dengan sesama manusia.


Sumber: 
Hadiwijono, H., Iman Kristen, 2018.
Niftrik, G.C. van - Boland, B.J., Dokmatika Masa Kini, 2017.
Abineno, J.L.Ch., Pokok-Pokok Penting dari Iman Kristen, 2018.
Baan, G.J., Tulip: Lima Pokok Calvinisme, 2017.
Poythress, V. S., Menebus Sains: Pendekatan yang Berpusat kepada Allah, 2022.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Proposal Skripsi

“TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGAJARAN ALLAH TRITUNGGAL MENURUT ERASTUS SABDONO”

Ajaran Sesat